Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Love in the Big City (dok. Showbox/Love in the Big City)
Love in the Big City (dok. Showbox/Love in the Big City)

Intinya sih...

  • Hubungan romantis bukan satu-satunya yang perlu dihargai
  • Pertemanan tanpa pamrih lebih tulus daripada hubungan romantis transaksional
  • Film-film seperti Robot Dreams, Crossing, dan The Other Side of Hope memperlihatkan pentingnya pertemanan dalam kehidupan manusia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada tendensi untuk mengagungkan hubungan romantis di atas segalanya di masyarakat. Terkadang ini dilakukan tanpa kita sadari, seperti melupakan atau membatasi kontak dengan teman setelah punya pasangan romantis. Padahal, kalau diperhatikan lebih jeli, hubungan pertemanan adalah hubungan yang paling tanpa pamrih.

Memang tidak bisa digeneralisasi, sih, tetapi dibanding hubungan romantis yang seringkali transaksional dan semu, relasi antarteman biasanya dimulai murni karena kemiripan minat, nasib, sampai nilai yang dianut. Krusial dalam hidup manusia, pertemanan pun punya dirayakan secara internasional tiap 3 Agustus. Sayang, memang ia tak sepopuler Valentine.

Seberapa penting merayakan pertemanan? Coba tonton lima film berikut, niscaya kamu bakal terpanggil buat berterima kasih kepada teman-teman yang sudah menemanimu sejauh ini.

1. Robot Dreams (2023)

cuplikan film Robot Dreams (dok. Arcadia Motion Pictures/Robot Dreams)

Dibuat tanpa dialog sama sekali, pesan pertemanan yang sehat dan tulus berhasil disajikan Robot Dreams. Film ini awalnya soal Dog, anjing kesepian yang memutuskan membeli robot untuk jadi temannya. Idenya berhasil sampai sebuah insiden terjadi dan memisahkan keduanya.

Pada situasi krisis ini, Dog tak pernah berhenti mengupayakan reuni dengan si robot, tetapi nasib berkata lain. Seperti Take Out, akhir filmnya brilian dan mungkin bikin kamu mewek. Robot Dreams sempat dapat nominasi Oscar di kategori Film Fitur Animasi Terbaik pada 2024.

2. Crossing (2024)

Crossing (dok. MUBI/Crossing)

Crossing adalah film drama melankolis yang berpusat pada perjalanan seorang perempuan paruh baya asal Georgia mencari kemenakannya. Terakhir yang ia tahu, sang kemenakan memilih jadi transgender dan kabur ke Istanbul. Saat memutuskan mengikuti jejak sang kemekanan, seorang pemuda bersikeras menumpang dengannya demi bisa kabur dari Georgia.

Bukannya menemukan si kemenakan, keduanya justru mendapat pencerahan yang mendorong mereka berevolusi secara emosional. Dari yang saling dingin dan tak suka karena jarak generasi, mereka jadi teman setim yang kompak. Dari yang suka menghakimi dan melihat transgender sebagai masalah, empati mulai tumbuh di benak si perempuan paruh baya. Dari yang pongah dan naif soal kehidupan, sang pemuda ditampar sejadi-jadinya. 

3. The Other Side of Hope (2017)

The Other Side of Hope (dok. Criterion/The Other Side of Hope)

Tidak kalah menyentuh, The Other Side of Hope adalah sebuah film yang memotret bagaimana empati bisa menyulap bumi jadi tempat yang lebih indah dan layak huni. Film dimulai dengan memperkenalkan nasib kedua protagonisnya. Satu adalah pria paruh baya yang memulai bisnis restoran di Finlandia dan satu lagi pengungsi Suriah yang kabur dari detensi untuk mencari keberadaan adiknya. 

Nasib mereka bersilangan pada satu waktu dan si pria paruh baya menawarkan bantuan untuk sang pengungsi. Di sinilah pertemanan mereka terpupuk. Tak hanya dengan si pemilik restoran, si pengungsi juga menemukan koneksi dengan beberapa pegawai resto lain. 

4. Take Out (2004)

Take Out (dok. Cre Film/Take Out)

Bukti kalau pertemanan itu tidak boleh diremehkan bisa kamu temukan dalam film Take Out. Salah satu film terawal Sean Baker itu mengikuti balada Ming Ding (Charles Jang), imigran ilegal asal China yang bekerja jadi kurir di sebuah restoran Asia di New York. Ia terjerat hutang dan kesulitan membayar. 

Satu hari itu, seorang kawannya memberikan semua jadwal pengantaran pada Ming agar ia bisa segera melunasi hutangnya. Dimulailah perjalanannya menyusuri New York yang tak ramah itu. Meski hari itu kacau dan semua orang di resto lelah dan jenuh, mereka tidak lupa untuk tetap berempati. Ending-nya bakal bikin kamu bernapas lega dan yang paling penting mengingatkanmu soal esensi teman. 

5. Love in the Big City (2024)

Love in the Big City (dok. Showbox/Love in the Big City)

Hubungan platonik antara perempuan dan laki-laki yang dalam dan penuh makna berhasil disuguhkan film Korea adaptasi novel, Love in the Big City. Mempertemukan Kim Go Eun dam Noh Sang Hyung, film memotret persahabatan unik dua anak muda yang tak sengaja bertemu saat kuliah. Jadi sesama outcast, mereka punya banyak kecocokan dan yang paling penting selalu ada di tiap titik terendah hidup masing-masing.

Mengikuti berbagai fase hidup mereka selama belasan tahun, sungguh menarik melihat persahabatan mereka bisa bertahan selama itu. Itu kontras dengan relasi romantis mereka dengan beberapa orang yang terjal dan berliku. Bukti kalau persahabatan memang selanggeng dan sekrusial itu dalam hidup manusia.

Dengan naskah kuat dan dekat dengan realitas, rasanya susah, deh, buat tidak tergerak oleh film-film di atas. Bagaimana? Sudah mantapkan hati buat mengapresiasi eksistensi teman-teman baikmu? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team