6 Film Persahabatan Antarlelaki yang Tak Sekadar Pamer Maskulinitas

Persahabatan antar sesama laki-laki dan sesama perempuan sering dibedakan dari tipe ikatannya. Todd Migliaccio, dalam tulisan berjudul "Typologies of Men’s Friendships: Constructing Masculinity through Them" di jurnal Masculinities & Social Change, tidak menampik adanya asumsi bahwa persahabatan antar sesama laki-laki merupakan ikatan instrumental, yakni hubungan resiprokal untuk mencapai kepentingan tertentu.
Berlainan dengan pertemanan antar sesama perempuan yang lebih ekspresif dan terbentuk karena ikatan emosional. Nyatanya, lewat risetnya pada 12 responden laki-laki, Migliaccio menemukan bahwa sebenarnya laki-laki ingin lebih ekspresif dan terbuka ketika bicara perasaan dan emosi.
Namun, mereka sering kali terjegal konstruksi sosial yang mengkategorikan kedua hal tersebut dalam kotak karakter feminin. Ini pula yang membuat penggambaran persahabatan antarlelaki dalam film pun kebanyakan fokus pada nilai-nilai maskulinitas.
Namun, tidak dengan keenam film berikut. Bisa dibilang, film ini berani karena mencoba memperkenalkan sisi melankolis dari persahabatan antarlelaki.
1. Close (2022)
Saat bicara film Close (2022) di Film at Lincoln Center, sutradara muda Lukas Dhont terinspirasi dari sebuah buku nonfiksi tentang persahabatan antarlelaki. Kesimpulan dari buku yang ia baca kurang lebih sama dengan riset Migliaccio, bahwa sejak kecil laki-laki sebenarnya ingin membangun ikatan emosi dan hubungan yang ekspresif dengan rekan sesama laki-laki.
Namun, seiring bertambahnya usia, mereka didoktrin dengan nilai-nilai maskulinitas yang membuat laki-laki cenderung menjaga jarak dan enggan memperlihatkan emosi. Dhont kemudian memilih untuk membangun plot film terbarunya tersebut lewat sudut pandang dua anak laki-laki yang mulai beranjak remaja. Keunikan karya sinematik ini mengantarkan Dhont merebut nominasi Oscar pertamanya pada 2023 ini.