1. Apakah film-film ini biasanya memilih akhir yang “semua mati” karena ingin memberikan efek dramatis atau pesan tertentu?
Iya, seringkali pilihan seperti itu dipakai untuk memperkuat tema film seperti keputusasaan, konsekuensi ekstrem dari eksperimen ilmiah, atau kritik terhadap sifat manusia. Contohnya Beneath the Planet of the Apes menggunakan akhir semuanya hancur untuk menunjukkan betapa destruktifnya perang dan konflik, bahkan di antara makhluk yang dianggap “lebih maju”.
2. Kenapa film High Life (2018) termasuk yang semua karakternya mati di akhir?
Tidak persis semua, tapi sangat mendekati. Dalam High Life, misi luar angkasa penuh penderitaan dan kematian karakter satu persatu. Putri bayi yang lahir juga mati, dan pada akhirnya Monte dan Willow (anaknya) berjalan ke sebuah cahaya misterius, meninggalkan kisah yang sangat terbuka dan suram tentang nasib mereka.
3. Apakah akhir dimana semua karakternya mati selalu diterima baik oleh penonton?
Tidak selalu. Banyak penonton menghargai keberanian dan keaslian tema tragis/sepi seperti ini, tetapi ada juga yang merasa kecewa karena tidak ada harapan atau penyelesaian emosional. Ending seperti ini bisa mengundang perdebatan soal “apa gunanya kalau tidak ada yang bertahan?”. Tetapi bagi sebagian film, ‘tidak ada survivor’ adalah bagian penting dari pengalaman cerita dan daya tariknya sebagai film sci-fi yang provokatif.