Mewarisi trauma dari orangtua adalah hal yang sangat lumrah terjadi. Bagaimanapun pola asuh mereka akan membentuk diri kita yang sekarang. Ini yang kemudian memunculkan istilah generational trauma. Dilansir American Psychological Association (APA), istilah itu pertama kali diperkenalkan pada 1966 lewat riset yang dilakukan Vivian M. Rakoff, dkk.
Mereka melakukan observasi terhadap sejumlah keluarga penyintas holocaust dan menemukan beberapa gangguan psikologis pada anak-anak para penyintas tersebut. Ini diamini oleh Yael Danieli yang melakukan riset serupa pada 1984 dan menjabarkan gangguan yang dimaksud, yakni susah mengontrol emosi, tidak bisa mentoleransi kelemahan orang lain, dan susah mengekspresikan perasaannya.
Riset Brent Bezo yang dipublikasikan pada 2015 di Ukraina juga menemukan adanya kecenderungan kecemasan berlebih, trust issues, dan kebiasaan menimbun makanan sebagai efek holodomor pada era Stalin.
Sama seperti trauma biasa, ia merupakan respons psikologis seseorang terhadap satu kejadian tidak menyenangkan. Bedanya, trauma tersebut diwariskan ke keturunan berikutnya hingga membentuk pola.
Tentunya ini jadi konsep yang penting untuk seseorang yang hendak atau sudah jadi orangtua. Supaya lebih jelas apa saja dampak yang bisa ditimbulkan, kamu bisa coba pelajari film-film di bawah. Keenamnya menjegal isu trauma antargenerasi yang bisa jadi bahan refleksi.