Family feud atau perselisihan keluarga sebenarnya topik yang cukup sering diangkat dalam pembuatan film. Kebanyakan sih masih dalam lingkup satu keluarga yang sama, seperti persaingan antarsaudara, konflik pasutri, atau perseteruan sepupu.
Ternyata kalau mau menilik lebih jeli, gak sedikit film yang fokusnya justru ke konflik antar dua keluarga atau lebih. Seperti 7 film berikut lebih runyam, dramatis, dan berlapis, wajib ditonton kalau ingin menikmati trope yang gak pasaran.
Bring Them Down akan membawamu menyelami perselisihan dua keluarga di sebuah desa di Irlandia. Semua bermula dari perceraian pasutri yang direspons fatal oleh putra mereka yang bernama Michael (Christopher Abbott). Marah dan tak terima akan perceraian itu, ia mengebut dan menyebabkan kecelakaan yang menewaskan sang ibu serta melukai kekasihnya, Caroline (Nora-Jane Noone).
Ketika dewasa, Michael masih tinggal bersama sang ayah. Sementara, Caroline sudah menikah dan punya anak bersama lelaki lain. Namun, saat keluarga Caroline kesulitan finansial, luka masa lalu yang disebabkan Michael menyeruak lagi dalam hidup mereka.
Klaus adalah balada Jesper Johansen, pemuda yang diberi pekerjaan ayahnya untuk jadi petugas pos di sebuah pulau. Ia diberi target mengirim 6.000 surat dalam setahun atau bakal dipecat dan tak dapat warisan dari keluarganya. Masalahnya, pulau itu ternyata dihuni dua keluarga yang selama ratusan tahun terlibat konflik sengit.
Ini membuat tugasnya jadi tak mudah. Sampai ia menemukan sebuah rumah tua yang dihuni lansia yang hobi bikin mainan anak-anak. Sebuah ide cemerlang terbesit di benaknya.
Blue Ruin adalah film revenge yang ternyata menyimpan subplot konflik antar dua keluarga. Konflik dimulai saat Dwight (Macon Blair) nekat membalas dendam atas kematian dua orangtuanya. Namun, saat ia berhasil membunuh si pelaku yang baru bebas dari penjara, ia justru terjebak dalam rantai kekerasan tanpa ujung.
Keluarga pelaku tak terima dan justru memburu Dwight dan saudari kandungnya. Blue Ruin cukup unik dan kaya plot twist untuk sebuah film yang premisnya terdengar sederhana. Ia digarap Jeremy Saulnier yang pernah bikin Green Room (2015).
Perselisihan dua keluarga juga jadi topik empuk yang berhasil dieksplorasi film Shotgun Stories. Semua berawal dari kabar kematian seorang pria yang ternyata disambut secara bertolakbelakang oleh keluarga yang ditinggalkannya. Anak-anak dari istri kedua menangisi kepergiannya, sementara anak-anak dari istri pertama merayakan kematiannya.
Perlakuannya yang berbeda terhadap anak-anak dari dua istrinya itu pun berdampak terhadap relasi para keturunannya. Mereka mulai bertikai, saling iri, dan memperunyam situasi. Upaya untuk meredakan ketegangan hampir sia-sia.
Butuh film dengan kompleksitas tinggi? Coba Bullhead, film nomine Oscar asal Belgia yang juga memotret perselisihan antar dua keluarga atau lebih. Berlatar kota kecil, sebuah aksi perundungan mengakibatkan komplikasi kesehatan pada bocah bernama Jacky. Saat dewasa Jacky yang kemudian diperankan Matthias Schoenaerts punya masalah psikis dan kecanduan terhadap steroid.
Ia juga kesulitan untuk bersosialisasi, lebih sering mengurung diri sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk mendekati seorang perempuan. Namun, perempuan ini adalah kerabat dekat perundung Jacky yang membuat masalah jadi rumit. Fakta bahwa si perundung tak pernah dapat hukuman setimpal dan dilindungi keluarganya karena masih di bawah umur saat melakukan kejahatan juga jadi perdebatan sengit.
The Beasts berlatarkan sebuah desa di Spanyol yang dihuni banyak petani tradisional. Hidup mereka sulit dan makin rumit ketika sepasang pasutri asal Prancis datang secara sengaja untuk mengadopsi gaya hidup slow life. Pada beberapa sesi musyawarah dan pemungutan suara, mereka tak sepakat dengan para warlok dan ini memicu konflik.
Musuh terbesar mereka adalah dua kakak beradik yang mendambakan kehidupan di luar bertani. Rencana mereka untuk pergi dari desa terhambat gara-gara suara pasutri tadi dan tensi pun terus terpupuk. Terinspirasi kisah nyata, ini film yang bikin kita merenungkan kembali soal slow-life lewat perspektif warga lokal.
Berlatar sebuah taiga di Siberia, hiduplah keluarga Braguine dan Kiline yang hidup selama beberapa generasi sebagai tetangga. Mereka hidup tanpa bergantung pada pemerintah, tetapi tak pula rukun satu sama lain. Berformat dokumenter, film akan membawamu mengikuti keseharian mereka yang unik dan tak biasa.
Sutradara Clément Cogitore tak banyak menjelaskan mengapa dua keluarga itu berseteru. Film lebih banyak fokus kepada situasi konflik yang sudah eksis serta potensi kalau kebencian di antara dua keluarga itu akan diteruskan oleh keturunan mereka. Ada diskursus soal perubahan iklim juga di film ini, mengingat mereka adalah contoh manusia yang hidupnya langsung bergantung kepada alam.
Perselisihan keluarga memang situasi yang tak mudah. Ada penyebab dan perbedaan kepentingan yang memupuk ketegangan. Namun, itu justru nyawa sebuah film yang tujuannya memang menarik minat penonton.