Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Quadrophenia
Quadrophenia (dok. Polytel Films/Quadrophenia)

Intinya sih...

  • Quadrophenia (1979) mengangkat subkultur Mod di London tahun 70-an

  • Slacker (1990) menampilkan gaya hidup ala hippie di Austin, Texas

  • Groove (2000) memperlihatkan dinamika relasi para hadirin pesta rave di New York

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu menemukan sekelompok orang yang menganut perilaku atau budaya tertentu? Paling kentara dari gaya pakaian mereka yang langsung lekat dengan identitas kelompok tertentu, seperti punk, gothic, emo, atau hippie/bohemian. Ternyata, fenomena pengelompokkan itu punya istilah khusus, yakni subkultur.

Kenapa dan bagaimana mereka bisa menarik anak muda untuk jadi bagiannya? Beberapa rekomendasi film tentang subkultur yang pernah tren dari beragam zaman berikut ini mungkin bisa menjawab rasa penasaranmu.

1. Quadrophenia (1979)

Quadrophenia (dok. Criterion/Quadrophenia)

Quadrophenia adalah film klasik berlatar London tahun 70-an, ketika subkultur Mod (Modernists) sedang tren di sana. Lakon kita adalah Jimmy (Phil Daniels), pemuda yang sehari-harinya bekerja sebagai staf menial di sebuah agensi periklanan. Sebagai pelarian dari pekerjaannya yang membosankan, Jimmy punya kehidupan yang berbeda 180 derajat pada malam hari. Ia akan berdandan necis dengan jas, menghadiri konser musik blues, jazz, dan ska bersama komunitasnya.

2. Slacker (1990)

Slacker (dok. Criterion/Slacker)

Slacker bakal membawamu ke Austin, Texas, Amerika Serikat, untuk menemui anak-anak muda yang memilih menjalani gaya hidup ala hippie. Mereka menolak gaya hidup workaholic (berorientasi karier) dan kapitalis (berorientasi materi) terlepas dari gelar akademik yang mereka kantongi.

Siapa sangka, film ini ternyata dibuat Richard Linklater sebelum kariernya meroket berkat Before Sunrise (1995). Ia membuat film ini dengan struktur yang cukup nyeleneh, yakni berdialog dengan satu karakter selama beberapa menit sebelum beralih ke karakter lain dan seterusnya.

3. Groove (2000)

Groove (dok. Sony Pictures Classics/Groove)

Penasaran dengan rave culture yang pernah booming pada akhir 90-an? Groove bisa jadi caramu menelisik subkultur itu lewat dinamika relasi para hadirin di sebuah pesta rave di New York. Mulai dari para DJ yang tampil sampai perspektif pemuda introver bernama David (Hamish Linklater) yang diseret ke pesta oleh saudara dan kawan-kawannya.

4. Human Traffic (1999)

Human Traffic (dok. Miramax/Human Traffic)

Rave culture juga pernah menjangkiti Inggris pada era yang sama. Dalam Human Traffic, kamu akan mengikuti lima pemuda dengan latar belakang berbeda yang memutuskan nongkrong di sebuah klub malam untuk pesta. Lengkap dengan narkoba yang dikonsumsi bebarengan dengan musik psikedelik, para karakter ini membahas banyak hal dan mengucap berbagai jargon menarik. Banyak yang menyandingkan film ini dengan Trainspotting (1996).

5. Suburbia (1983)

Suburbia (dok. New World Pictures/Suburbia)

Suburbia dibuat ketika subkultur punk sedang masif berkembang dalam skala global dan melibatkan beberapa musisi potensial Amerika Serikat, seperti Flea (The Red Hot Chili Peppers) dan Joe Escalante (The Vandals). Suburbia awalnya terkonsentrasi pada Evan (Bill Coyne), remaja yang muak dengan pertengkaran orangtuanya dan akhirnya memilih untuk bergabung dengan komunitas punk di kotanya. Mereka kebanyakan anak-anak yatim piatu dan tunawisma yang akhirnya menemukan rumah. Suburbia disebut sebagai film yang berhasil memotret POV anak punk secara akurat.

6. Singles (1992)

Singles (dok. Warner Bros/Singles)

Berlatarkan Kota Seattle tahun 90-an, sutradara Cameron Crowe sekalian menyertakan subkultur grunge yang berkembang pesat di Amerika Serikat kala itu. Beberapa band grunge, seperti Pearl Jam dan Soundgarden, ikut jadi kameo di sini.

Inti ceritanya, sih, tentang kehidupan percintaan dan karier beberapa anak muda lajang yang kebetulan tinggal di satu kompleks apartemen. Salah satu dari mereka berprofesi sebagai vokalis band grunge yang sayangnya gak laris-laris amat.

7. Do the Right Thing (1989)

Do The Right Thing (dok. Universal Pictures/Do The Right Thing)

Do the Right Thing dibuat Spike Lee dengan latar Brooklyn, New York, yang dijuluki melting pot berbagai etnik, termasuk warga Amerika keturunan Afrika dan imigran Italia. Premisnya berkutat pada sebuah insiden yang tereskalasi jadi konflik rasial.

Namun, Lee menyelipkan subkultur hip hop dalam film ini, mulai dari fesyen sampai bahasa gaulnya. Dibuat pada akhir 80-an, Do the Right Thing menginspirasi lahirnya film-film tentang pengalaman warga kulit hitam di Amerika bertahun-tahun kemudian.

Gak berlebihan pula untuk menjuluki film sebagai jendela dunia. Lewat tujuh film tadi, kamu sudah berkenalan dengan berbagai subkultur yang pernah booming pada beragam era. Mana, nih, subkultur yang kamu dambakan kembali pada masa sekarang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team