Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Late Night with the Devil (dok. Umbrella Entertainment/Late Night with the Devil)
Late Night with the Devil (dok. Umbrella Entertainment/Late Night with the Devil)

Intinya sih...

  • Funny Games menghadirkan kengerian tanpa adegan kekerasan eksplisit, melibatkan penonton dalam kejahatan yang terjadi
  • Late Night with the Devil menjadi film horor indie terbaik tanpa menggunakan jumpscares, melibatkan penonton dalam proses produksi
  • Pulp Fiction membunuh lakonnya pada pertengahan film, melanggar pakem konvensional dengan struktur nonlinear dan pembunuhan lakon
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebagai sebuah karya seni, film memang bisa dibuat sesuai keinginan pembuatanya. Namun, gak bisa dimungkiri ada beberapa aturan dan pakem yang biasa dipakai sineas saat berkarya. Misalnya, durasi yang umumnya berlaku untuk film fitur, rasio gambar, sampai struktur cerita dan detail-detail lainnya. 

Menariknya, gak semua film dibuat dengan kaidah konvensional. Sebaliknya, banyak juga yang dibuat dengan melawan atura-aturan yang biasanya dipakai dalam pembuatan film. Seperti kelima rekomendasi film dari berbagai genre berikut. Mari bahas lebih dalam. 

1. Funny Games (1997)

Funny Games (dok. Criterion/Funny Games)

Funny Games adalah salah satu mahakarya yang sayangnya masih minim eksposur. Dibuat Michael Hanneke dalam dua format, versi asli berlatar Austria dan versi Hollywood berbahasa Inggris, film ini secara umum mengikuti liburan keluarga yang berakhir petaka. Menariknya, kamu tidak akan menemukan adegan kekerasan eksplisit, tetapi kengeriannya tetap menembus layar.

Satu lagi, Haneke menjebol tembok keempat dalam film dengan menyajikan adegan ketika sang antagonis berbicara langsung ke kamera. Ini membuat kita sebagai penonton secara tak langsung terlibat dalam kejahatan yang mereka lakukan. Penonton dibikin jadi saksi mata yang tak bisa berbuat banyak. 

2. Late Night with the Devil (2023)

Late Night with the Devil (dok. IFC Films/Late Night with the Devil)

Gak salah kalau Late Night with the Devil disebut salah satu film horor indie terbaik yang pernah dibuat pada 2020-an. Film ini memang unik, karena sama sekali tak menggunakan jumpscares alias formula yang bisa dipakai sineas sinema horor untuk memberikan kesan ngeri dan menakutkan. Selain itu, sutradara Cairnes Bersaudara juga tak segan membuat karakter utama yang susah menarik simpati penggemar. 

Sama pula dengan Funny Games, ada beberapa elemen dalam film yang bikin penonton seolah terlibat dalam proses produksi. Kita dibikin seperti sedang menonton talk show langsung di studio lewat penataan kameranya. Satu lagi yang spesial dan tak biasa, yakni menjadikan dead air (momen hening yang mengganggu dan biasanya dihindari dalam siaran langsung di televisi) sebagai bagian dari plot. 

3. Pulp Fiction (1994)

Pulp Fiction (dok. Miramax/Pulp Fiction)

Gak hanya dibuat dengan struktur nonlinear, Pulp Fiction jadi satu dari sedikit film yang nekat membunuh lakonnya pada pertengahan film. Pulp Fiction pada dasarnya memang memfitur dua lakon. Ada modifikasi naskah dalam prosesnya dan membuat kematian sang lakon pertama disengaja untuk memberi sorotan pada lakon kedua.

Ini sebuah gebrakan yang sebenarnya tidak baru-baru amat. Film 1960 berjudul Psycho juga pakai formula ini dengan mengganti fokus dari lakon pertama ke kedua lewat trope kematian. Pakem yang mereka langgar memang tak seberapa besar dibanding dua film sebelumnya. 

4. Run Lola Run (1998)

Run Lola Run (dok. Sony Pictures Classics/Run Lola Run)

Run Lola Run adalah salah satu film paling nonkonvensional yang pernah kamu tonton. Berlatarkan Berlin, film dengan format paralel ini berandai-andai bilamana sang lakon mengambil keputusan yang berbeda-beda untuk sebuah krisis yang sedang dihadapinya. Tak heran kalau kamu akan melihat gaya editing yang choppy alias tak mulus. 

Selain itu, penempatan kameranya sengaja dibikin sedinamis mungkin, sesuai dengan tipe filmnya yang bertensi tinggi dan memacu adrenalin. Run Lola Run juga dilengkapi animasi dan musik pengiring yang benar-benar bikin jantung terpacu. Coba nonton deh setidaknya sekali seumur hidup. 

5. Everything Everywhere All at Once (2022)

Everything Everywhere All at Once (dok. A24/Everything Everywhere All At Once)

Everything Everywhere All at Once (EEAO) juga salah satu film yang melawan banyak aturan konvensional dalam pembuatan film. Memadukan beberapa genre sekaligus dalam satu film, pemenang Best Picture Oscar 2023 ini uniknya didesain dengan seamless. Transformasi dari satu semesta ke semesta lainnya benar-benar mulus dan bikin penonton terkesima. 

Memang kompleksitas cerita dan keberadaan multiverse bikin sebagian penonton bingung. Namun, setelah kita mulai bisa membaca pola dan dinamikanya, film jadi lebih nyaman diikuti. EEAO bisa dibilang sebuah film yang berisiko karena inovasinya yang kelewat kreatif, tetapi ternyata sukses berat. Eksekusi yang mumpuni adalah kunci. 

Tak ada salah dan benar dalam seni. Bahkan tak sedikit sineas yang menciptakan aturan sendiri guna membedakan karya mereka dengan orang lain. Punya film-film serupa yang juga bikin kamu tercengang karena keberaniannya melawan arus? Coba bagikan judulnya di kolom komentar, ya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team