potret band IDLES (instagram.com/idlesband)
Usai merilis Brutalism, IDLES seakan tak bisa dihentikan. Mereka merilis album kedua dengan judul Joy as an Act of Resistance pada 2018, kemudian Ultra Mono pada 2020. Disusul CRAWLER pada 2021. Jarak antar albumnya hanya sekitar 1-2 tahun, sebuah konsistensi berkarya yang patut diapresiasi.
Sayangnya, tidak seperti Brutalism, album kedua mereka dapat komentar beragam. Meski begitu, album Ultra Mono yang rilis di tengah pandemik adalah sebuah karya brilian yang menunjukkan keberanian mereka mencoba menjegal isu-isu yang jarang diangkat band punk.
Sangat umum mendengar lagu punk yang mengkritik kondisi sosial ekonomi dan politik sebuah negara, maupun bicara masalah kesehatan mental. Hal ini pun rutin dilakukan IDLES dalam lagu-lagu mereka. Termasuk dalam album Ultra Mono yang momennya bertepatan dengan fenomena Brexit dan kampanye Donald Trump.
Namun, IDLES melakukan satu hal yang cukup baru, yaitu mengangkat dan mengkritik isu maskulinitas toksik dan glorifikasi pada kekerasan. Coba dengarkan saja track berjudul "War", "A Hymn", dan "Kill Them With Kindness". Unsur-unsur anti keluarga kerajaan dan kritik pada kesenjangan ekonomi di Inggris pun tetap lantang mereka utarakan.