sendratari Roro Mendut di Singapura (Dok. Sanggar Padneswara/Sendratari Roro Mendut)
Pertunjukkan diakhiri oleh Roro Mendut dan kekasihnya, Panacitra yang memilih mati bersama. Kemudian Tumenggung Wiraguna yang kehilangan orang yang ingin diperistrinya, pergi dengan perasaan sedih, namun penonton tak lantas meninggalkan kursinya begitu saja.
Para profesor dan mahasiswa memberikan tepuk tangan dan menyampaikan pujian, terhadap para penampil sendratari Roro Mendut. Acara ini turut didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang menjadi pendukung kegiatan promosi budaya ke luar negeri.
"Kami sebenarnya akan tampil di Singapura sebelum pandemi. Kami sudah melakukan persiapan. Namun karena pandemi semuanya tidak bisa terlaksana," ujar Nungki Kusumawati.
Selain itu, ada juga peran orang Indonesia yang aktif kepengurusan Nanyang Academy of Fine Arts, Chew Shin Hwa, membuat Sanggar Padneswara bisa tampil dan menghibur penonton yang memadati NAFA Lee Foundation Theatre.
"Kami harus berterima kasih kepada Pak Chew yang membantu membiayai persiapan bahkan sebelum pandemi dulu. Dan juga sekarang sampai bisa membawa 20 penari dan 10 pemain gamelan untuk tampil di Singapura," lanjut Nungki.
Melihat budaya Indonesia diperkenalkan dan mendapat pujian di luar negeri, tentu turut menimbulkan rasa bangga. Semoga semakin banyak budaya asli Indonesia, yang dikenal dengan masyarakat luar negeri, ya.