"Yaelah demen cowok-cowok plastik kaya gini buat apa?"
"Kamu bayar mahal buat nonton cowok-cowok banci joget gitu doang, gak berfaedah!"
"Gak usah didengerin omongan orang yang avatarnya KPop, palingan halu!"
Kian hari popularitas KPop kian tinggi di dunia hiburan tanah air. Masyarakat kita semakin awam dengan fenomena budaya pop asal Korea Selatan tersebut. Lagu-lagu hits BTS dan kawan-kawan mulai lumrah dikumandangkan di tempat-tempat umum. Meski begitu bukan berarti perjuangan fans KPop justru makin ringan.
Iya sih sekarang beli album semakin mudah. Nonton konser dan ketemu "oppa-noona" pujaan langsung juga tidak mustahil. Tetapi para fans KPop di Indonesia justru semakin rentan dihantui cibiran dan hujatan sebelah mata para non fans yang kurang paham mengenai hobi satu ini.
Dari sekian banyak ejekan untuk para fans KPop, salah satunya yang paling sering IDN Times dengar adalah "buang-buang uang." Ada stigma bahwa para fans KPop menyia-nyiakan penghasilan mereka untuk sesuatu yang tidak berfaedah. Hobi ini memang tidak murah. Satu album KPop dibanderol mulai dari Rp200 ribu. Sementara harga tiket konser ada di angka jutaan.
Tapi bukankah semua hobi memang butuh dana? Mau itu sepak bola, otomotif, atau bahkan budidaya unggas hias sekalipun jika sudah jatuh cinta berapa saja akan dikeluarkan. Lantas apa bedanya fans KPop dengan pencinta klub sepak bola yang rela habiskan uang demi jersey team impian? Atau penggemar jam tangan impor yang rela habiskan miliaran demi aksesori kesukaan?
Mengapa oh mengapa hanya para fangirls dan fanboys KPop selalu disudutkan dan disebut bakar duit untuk hal sia-sia?