Joe Taslim saat ditemui di Wangsa Kemang, Jakarta, Selasa (16/9/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)
Joe menyadari bahwa kekhawatiran itu adalah pengingat untuk terus bekerja keras. Baginya, kontribusi tidak harus selalu lewat layar lebar. Ia pun memikirkan cara lain agar tetap bisa menyalurkan ilmunya, meski suatu saat jarang tampil di depan kamera.
"Apakah di satu titik nanti, aku gak lagi bisa berkontribusi untuk film di luar? Apakah mau jadi guru? Apakah mau membuka sanggar nanti? Apakah mau ngajarin apa yang aku punya, ilmu yang aku dapat dari semua pengalaman di dalam (genre) action dan mengajari ke generasi muda?," jelasnya.
Dari semua pertanyaan tersebut, Joe pun sudah tahu apa yang akan dilakukannya setelah ia tidak lagi berakting.
"Aku mungkin enggak bisa dibilang paling pinter, paling tahu, tapi aku punya banyak sekali pengalaman hidup berkaitan dengan genre action. Dan mungkin suatu saat buka sanggar, buka workshop, untuk aktor-aktor muda atau siapa pun yang pengin. Ya, ini kan ilmu kalau dibawa mati enggak ada faedahnya," lanjut Joe.
Menurutnya, dunia action Indonesia sudah memiliki fondasi kuat berkat karya seperti The Raid. Joe, Iko Uwais, hingga Yayan Ruhian telah membuka jalan. Karena itu, generasi mendatang bisa melanjutkan tanpa harus mengulang perjuangan dari awal.
"Mudah-mudahan, pada saat kita 50-60 tahun kan ada yang, enggak mulai dari nol, kan? Karena Iko, aku, kita sudah banyak ilmu dari lain-lain. Jadi kalau kita terusin, mudah-mudahan ke depannya ada generasi," imbuhnya.