adegan humor di kartun Avatar (dok. Nickelodeon Animation Studio/Avatar: The Last Airbender)
Meski termasuk adaptasi yang faithful, ada perubahan yang cukup terasa pada live action Avatar: The Last Airbender ini. Ia mengubah suasana cerita menjadi lebih grounded, serius, kelam, dan berorientasi ke penonton dewasa. Tidak ada lagi vibes humor hangat ala kartun anak-anak pada live action ini. Padahal, humor adalah salah satu nilai plus dari cerita Avatar: The Last Airbender.
Hal ini sangat disayangkan. Aang pada versi kartun sangat jenaka, suka bermain, dan sering melupakan tanggung jawabnya sebagai Avatar. Hal itu membuat ia terasa lebih manusiawi. Versi live action seperti memaksakan anak-anak ini untuk tumbuh dewasa dan menerima realitas perang. Sokka, Paman Iroh, bahkan Zuko juga kehilangan selera humor ikonik mereka. Meski humor pencair suasana masih ada, itu tidak sebanding dengan versi orisinal.
Meski memiliki beberapa kelemahan, baik dari segi visual maupun alurnya, Avatar: The Last Airbender (2024) masih menjadi adaptasi yang solid. Ia membawa suasana baru dengan karakter yang sangat menjiwai perannya. Saran saja, nih, ada baiknya kamu menonton live action ini sebagai sebuah cerita alternatif tanpa membandingkan dengan versi kartun, sih.