Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cuplikan film Love You to Debt (facebook.com/GMMTV)

Jakarta, IDN Times - Love You to Debt adalah film Thailand yang diadaptasi dari film Korea bertajuk Man in Love (2014). Dalam versi Thailand-nya, film tersebut mendapuk Bright Vachirawit dan Yaya Urassaya Sperbund sebagai pemeran utamanya.

Love You to Debt menceritakan kisah tentang Bo (Bright Vachirawit), seorang rentenir yang berniat menagih utang ayah dari Im (Yaya Urassaya Sperbund). Karena sering bertemu soal utang piutang, tumbuh rasa cinta dalam diri Bo dan Im.

Film ini tayang di Indonesia mulai 5 Juni 2024 di Indonesia. Kamu ingin menontonnya? Yuk, simak dulu review filmnya di bawah ini!

Artikel ini mengandung spoiler, ya!

1. Ceritanya diadaptasi dengan baik

cuplikan film Love You to Debt (facebook.com/GMMTV)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Love You to Debt adalah adaptasi dari film Korea Man in Love. Sebagai film adaptasi, tentu ceritanya memiliki kemiripan, terutama di bagian-bagian pentingnya.

Dari sisi adaptasi, Love You to Debt mampu mengadaptasi ceritanya dengan baik. Sebab, tidak banyak mengurangi unsur-unsur utama cerita Man in Love. Justru tambahan detail yang membuatnya berbeda dari film aslinya, membuat Love You to Debt punya ciri khas sendiri dan lebih segar, tak cuma dari segi cerita, tapi juga sinematografinya.

2. Ada unsur budaya Thailand yang dimasukkan dalam filmnya

cuplikan film Love You to Debt (x.com/GMMTV)

Love You to Debt mengambil latar utama di Pattaya, Thailand, sebuah kota pariwisata terbesar di Negeri Gajah Putih. Tentu saja budaya Thailand pun turut dimasukkan ke dalam filmnya.

Tidak cuma makanan khas, tapi juga beberapa detail lainnya, seperti kehidupan orang-orang di Thailand dan Bo (Bright Vachirawit) yang menggunakan Hawaiian shirt, yakni kemeja dengan motif yang "ramai". Ada juga adegan ketika Bo beberapa kali mengendarai sepeda motor yang juga kerap ditemui di negara-negara Asia Tenggara.

Objek wisata khas kota tersebut, yakni Pattaya Beach, juga beberapa kali disorot. Unsur-unsur itulah yang menjadi pembeda antara film versi Thailand dan Korea Selatan. Selain itu, hal tersebut juga menjadi salah satu ajang untuk memperkenalkan objek wisata, makanan, hingga budaya khas Thailand ke publik internasional.

3. Akting kedua pemeran utamanya tidak seimbang

cuplikan film Love You to Debt (facebook.com/GMMTV)

Bright Vachirawit dan Yaya Urassaya Sperbund didapuk menjadi dua pemeran utamanya. Keduanya pun nantinya akan terlibat kisah benci jadi cinta sehingga akan ada perubahan emosi yang cukup signifikan dari karakter keduanya. Mulai dari saling tak tertarik, risi, hingga akhirnya sama-sama saling mencintai.

Sayangnya, meski chemistry Bright dan Yaya cukup baik, tapi akting yang ditampilkan keduanya dalam film tidak seimbang. Yaya yang memerankan karakter Im dengan segala permasalahan utang piutang, dituntut menampilkan akting yang kompleks, dan ia mampu melakukan itu dengan baik.

Meski Im tidak berteriak atau menangis tersedu-sedu, penonton bisa tahu jika karakter tersebut punya rasa marah, sedih, kecewa, dan frustasi yang berkecamuk. Ketika ia tersenyum dan tertawa, penonton seolah ikut diajak berbahagia dengan cara yang sederhana.

Namun, hal-hal seperti itu tidak dapat benar-benar dieksekusi dengan baik oleh Bright Vachirawit. Sebab, di adegan-adegan tertentu, penulis sempat menangkap mikro ekspresi Bright yang tidak sesuai dengan adegan yang sedang ditampilkan.

Misalnya, ketika adegan mendengarkan lawan mainnya sedang berbicara, kamera mulai melakukan pengambilan gambar close up kepada Brigth, di situlah mikro ekspresi seperti ia sedang tidak fokus dengan adegan yang dimainkan akan terjadi. Meski hanya per sekian detik, tapi itu tidak terjadi hanya sekali saja melainkan beberapa kali.

Meski begitu, bukan berarti akting Bright Vachirawit tidak bagus. Karakter Bo yang bad boy, urakan, tapi memiliki hati yang hangat dieksekusi cukup baik oleh Bright. Bisa dikatakan, memerankan karakter Bo memperlihatkan sisi akting yang lebih segar dari seorang Bright Vachirawit.

4. Kurangnya sisi emosional di adegan-adegan penting

cuplikan film Love You to Debt (x.com/GMMTV)

Ada banyak sisi emosional yang coba diperlihatkan di adegan-adegan penting filmnya. Namun, sayangnya, itu kurang bisa ditampilkan dengan baik, bahkan ada yang terkesan memaksa. Alhasil, penonton pun akan merasakan aneh dengan adegan tersebut.

Bayangkan, kekasihmu baru saja kehilangan ayah tercintanya, bukannya menenangkannya dengan kalimat-kalimat penuh dukungan, kamu malah melakukan adegan panas dengannya di ranjang. Bisa juga ketika kamu dan kekasihmu bertengkar, tapi kamu tiba-tiba menonjok orang lain di bar yang bahkan tidak mengusikmu. Alhasil, tonjok-tonjokkan pun tak dapat dihindari.

Melihat itu orang lain mungkin akan merasa aneh dan cringe, bahkan bertanya-tanya, "Bagaimana bisa kamu melakukan itu saat ayahnya baru saja dimakamkan?" Mungkin itulah yang akan kamu rasakan ketika menemukan adegan memaksa yang ada di tengah-tengah adegan emosional. Di mana adegan itu cukup penting untuk mengaduk emosi penonton. Namun dengan seketika vibes-nya berubah dan mengacaukan sisi emosional tersebut. Sungguh sangat disayangkan.

5. Adegan action yang kaku

cuplikan film Love You to Debt (twitter.com/GMMTV)

Akting Bright Vachirawit cukup baik dalam film Love You to Debt. Bahkan, adegan aksi di pertarungan terakhirnya dengan sang villain cukup membuat ngilu dan ngeri. Namun, itu tidak selalu terjadi di sepanjang adegan action yang ada di dalam filmnya.

Camera works yang kaku dan pengeditan yang tidak sebaik itu membuat beberapa adegan action gagal membuat penonton ikut deg-degan. Namun, hal itu cukup tersebut dengan kebrutalan yang coba ditampilkan dalam adegan tersebut.

Jika kamu sudah menonton Man in Love dan ingin melihat adaptasi versi Thailand-nya, Love You to Debt bisa dijadikan pilihan tontonan hiburan. Sebab, ada beberapa unsur berbeda dalam filmnya yang membuat ceritanya lebih segar. Apalagi ada bumbu-bumbu komedi dalam filmnya yang menambah kesan ceria, meski ceritanya secara umum penuh dengan isu sosial masyarakat kalangan bawah.

Editorial Team