Kelebihan dan Kekurangan Film The Architecture of Love

Diadaptasi dari novel best seller berjudul sama karya Ika Natassa, film romansa The Architecture of Love (TAoL) seolah menjadi pilihan segar di tengah gempuran genre horor yang menyerbu bioskop Indonesia. Film ini menghadirkan kisah cinta sederhana, tetapi mengena, di antara dua karakter utama yang sama-sama sedang berproses untuk menyembuhkan trauma masa lalu.
Semua detail yang disajikan dalam film TAoL terasa natural sampai ke hati. Bahkan layaknya orang lagi jatuh cinta, penonton akan dibuat rindu hingga timbul perasaan ingin menyaksikan filmnya berulang kali.
Lantas, apakah film yang dibintangi oleh Putri Marino dan Nicholas Saputra ini memang selayak itu untuk disaksikan? Simak dulu review film TAoL di bawah ini!
Perhatian, artikel ini mengandung spoiler!
1. Film romansa sederhana yang mengaduk perasaan
Plot film TAoL terbilang sangat sederhana. Sejak awal, penonton hanya digiring untuk mengikuti dinamika romansa tak terduga di antara Raia dan River. Namun menariknya, meski alur berjalan dengan cukup santai, tidak ada rasa bosan yang muncul.
Kisah cinta tak biasa dari seorang penulis best seller dan arsitek ini akan membuat penonton terhanyut dalam lautan emosi yang mengaduk perasaan. Kadang penonton dibikin senyum-senyum sendiri dan sesekali jadi tertawa ngakak lewat sentuhan komedi yang pas.
Bahkan beberapa kali mendadak dibikin haru hingga tak jarang malah jadi sebal sendiri, karena sikap River yang sepertinya relate dengan kebanyakan orang di dunia nyata. Hihihi~ Full of feelings, deh, pokoknya!