"Jatuh" dari Ekspektasi, Ini 7 Kelemahan dari Skyscraper

Saat pertama kali Dwayne "The Rock" Johnson mengunggah poster film Skyscraper, netizen dunia sudah heboh mengkritiknya. Poster yang menggambarkan sang aktor laga melompat dari crane demi mencapai sebuah pencakar langit itu terbukti tidak akan berhasil secara ilmiah.
Okelah itu mungkin kesalahan perhitungan dari sang desainer poster. Tentu kita tidak akan menilai bagusnya sebuah film hanya dari posternya saja. Namun, ketika IDN Times berkesempatan menyaksikan langsung film tersebut ada 7 hal yang tetap mengecewakan dari Skycraper.
Peringatan: Artikel ini mengandung spoiler untuk film Skyscraper. Jika kamu tak ingin terkena spoiler, harap hati-hati ya
1. Efek yang dipakai terkesan murah, banyak adegan yang tampak jelas hanya tipuan green screen
Salah satu daya tarik utama yang ditawarkan Skyscraper (seharusnya) adalah pemandangan fantastik dari puncak pencakar langit tertinggi di dunia. Film ini juga diwarnai penggambaran sejumlah teknologi mutakhir yang dimaksudkan membuat kita terperangah.
Akan tetapi entah karena kualitas CGI yang rendah, atau memang ada faktor lain, banyak sekali scene yang tampak tidak meyakinkan. Bahkan beberapa ketara green screen belaka. Hal ini membuat saya susah untuk percaya atau larut dengan kegawatan cerita yang disajikan. Bahkan beberapa teknologi tampak begitu konyol dan membuat saya mendengus geli.
2. Cerita kurang orisinil dan seakan hanya meminjam dari film hits lain seperti Die Hard
Sejak sebelum rilis, Skyscraper sudah kerap dibanding-bandingkan dengan (tidak hanya satu tapi) beberapa film bergenre serupa. Sebut saja Die Hard yang legendaris dan The Towering Inferno yang menyorot kebakaran di gedung pencakar langit.
Yah, kita jelas tidak boleh menghakimi sebelum menonton sendiri hasil akhir dari karya terbaru Rawson Marshall Thurber ini. Sayangnya, bahkan setelah saya selesai menontonnya, Skyscraper ini tetap tidak menawarkan sesuatu yang baru dari film-film bergenre serupa. Bahkan intrik yang diangkat terasa kalah mencekam dibanding film pendahulu lainnya.
3. Beberapa adegan penting juga seolah cuma menjiplak film aksi lainnya
Kemiripan tak hanya berhenti sampai di konsep cerita saja. Beberapa adegan aksi juga terasa familiar. Setelah memutar pita memori, teringatlah beberapa adegan di film Mission Impossible.
Misalnya saat Dwayne Jhonson harus merambati dinding kaca pencakar langit dengan perekat di tangannya. Bagi kamu penikmat Mission Impossible, mungkin akan tercetus kenangan saat Tom Cruise melakukan stunt serupa di Burj Khalifa untuk Ghost Protocol.
4. Banyak adegan yang mudah dibantah dengan logika ilmiah
Saya memang bukan ilmuwan, tapi gak perlu jadi ahli fisika untuk tahu bahwa ada sejumlah keganjilan ilmiah dalam film ini. Salah satu contohnya adalah ketika keluarga Sawyer berusaha kabur dari kepungan api yang melahap The Pearl. Logikanya dalam kondisi kebakaran separah itu, tak mungkin keluarga Sawyer bisa bertahan hidup sampai keluar gedung.
Keracunan karbon monoksida dan luka bakar tingkat tinggi dengan mudah memengaruhi tubuh manusia, bahkan dalam kebakaran rumah skala kecil sekalipun. Adegan saat Will Sawyer menempel di kaca hanya dengan bantuan pita perekat pun membuat saya terbatuk kesal.
5. Tokoh utama dibuat begitu datar dan sederhana, cenderung membosankan
The Rock boleh dibilang adalah salah satu atlet yang paling sukses banting setir menjadi aktor. Kemampuan aktingnya bukan kelas karbitan, karismanya juga jadi nilai tambah untuk setiap peran barunya. Sayang hal tersebut gagal dimanfaatkan secara optimal dalam Skyscraper.
Will Sawyer bukan tokoh yang terlalu menantang. Selain masa lalu dan rangkaian skill fisik yang dimilikinya, Will tak punya misi mendesak lain selain menyelamatkan anak istrinya. Bukan berarti misi ini tidak penting, namun bandingkan dengan film-film sejenis lain di mana sang tokoh utama kerap dihadapkan pada dilema penting antara diri sendiri atau hajat orang banyak.
6. Begitu juga sosok antagonis yang kurang digali sehingga tak terasa mengancam
Seiring berjalannya film kita akan tahu siapa sebenarnya yang bertikai dalam film ini. Lagi-lagi para antagonis yang terlibat cukup bikin bingung dan membuat ketegangan cerita berkurang.
Satu menit saya merasa satu pihak jahat. Menit yang lain saya jadi tahu orang yang seharusnya didukung juga tak lebih baik dari lawannya. Apalagi akar masalahnya lagi-lagi tak berimbas pada keselamatan orang banyak (kecuali karena collateral damage yang diakibatkan karena penyerangan terhadap pencakar langit tersebut).
7. Adegan aksi yang disajikan terkesan setengah-setengah
Di paruh pertama film, ada sejumlah aksi bela diri yang cukup 'manis' dalam film Skyscraper. Sayangnya momentum ini tak dipertahankan. Adegan laga yang ditunjukkan kerap kali terasa setengah-setengah dan "tidak seberbahaya kelihatannya". Ini tentu mengurangi nilai ketegangan yang seharusnya diusung film sejenis Skyscrapper.
Itu dia 7 kelemahan yang terdapat dalam Skyscraper, film terbaru Dwayne Johnson. Meski begitu bukan mustahil film ini cocok dengan seleramu yang suka tantangan akan tempat tinggi dan aneka misi troubleshooting ala Macgyver. Saksikan di bioskop dan jauhi pembajakan film ya, guys!