Drama Korea memang terkesan sangat royal dalam menggelontorkan dana untuk memfasilitasi drama yang di garap. Jika dibandingkan dengan sinetron Indonesia memang sangat terlihat perbedaannya.
Seperti dalam adegan yang berlatar rumahsakit, biasanya drama Korea menggunakan properti peralatan medis canggih dan ruang rumah sakit yang sangat bagus. Sedangkan sinetron sangat terlihat ala kadarnya, paling banter pakai alat bantu pernafasan, infus dan ruangan kamar yang dibuat seperti kamar rumah sakit. Kadang-kadang ceritanya si pemeran ini kritis, tapi cuma di infus dan dokter dengan jas rapih bilang ke keluarganya dengan mimik kecewa. “Kita hanya bisa berdoa, semoga pasien segera siuman.”
Dan yang paling miris adalah sinetron Indonesia dengan tema sejarah. Kalian pernah nonton gak sinetron sperto Kian Santang gitu? Sinetron yang latarnya jaman kerajaan gitu. Kalau drama Korea biasa nyebutnya Saeguk. Kalo di Saeguk, mereka benar-benar memkai tempat bersejarah untuk lokasi syuting. Seperti Istana Gyongbok, Hanok Village dan lain-lain.
Kalau sinetron, mereka syuting di istana buatan dengan kursi yang terbuat dari sterofoam, goa dari kertas semen, bahkan pakai batu dari kardus yang terbang terbang terus kalau jatuh ke tanah ngampul. Selain itu, makeup yang dibuat justru lebih menor daripada drama modern jadi ciri khas sinetron sejarah Indonesia ini. Pakai lipsitik merah banget, alis yang cetar, eyeshadow warn-warni, dan kebaya dengan model kekinian. Kan bingung, jaman dulu dapet lipstik NYX dari mana?
Terus jahit kebaya serumit itu di hutan sebelah mana? Memangnya dalam sejarahnya orang Indonesia dulu pada hobi dandan? Terutama makeup seperti ini biasanya digunakan oleh karakter antagonis yang kalau ketawa suka lebhay.
Lain halnya sama drama Korea yang justru dengan drama sejarahnya ini mengenalkan sejarah dan kebudayaan mereka pada dunia. Dengan latar istana yang bikin banyak wisatawan pengen juga dateng langsung ke sana, pakaian tradisional Korea juga sampe jadi tren di kalangan pecinta Korea. Selain itu, biasanya makeup dari dramaa saeguk ini di buat seminimalis mungkin dan terkesan natural, bahkan jika ada beberapa pemeran dengan makeup tebal mereka memperlihatkan makeup jaman dulu pada jaman kerajaan yang mereka gunakan pada adegan itu.
Seperti ada adegan seorang putri raja yang menggunakan buah delima untuk lipstik merahnya. Jadi yang nonton juga bisa ngerti kenapa dan gimana jaman dulu mereka makeup.
Tapi sebenarnya sinetron Indonesia ini justru mengalami kemunduran jika dibanding jamannya misteri gunung marapi dulu, kita masih bisa menghadirkan properti yang lebih bagus, masih pakai kuda, gua beneran, pantai, dan hutan yang bagus. Terbukti sampai sekarang pasti masih banyak orang yang memngingat sinetron nenek lampir ini.
Andai sinetron Indonesia mau mengeluarkan modal lebih untuk sinetron seperti ini, pasti banyak manfaat yang bisa di rasakan seperti di Korea. Karena indonesia memiliki tempat-tempat bersejarah yang bisa di kenalkan pada dunia lewat sinetron. Seperti Borobudur, Keraton-keraton, dan banyak candi-candi lainnya. Pasti keren..