sampul baru novel It Ends With Us setelah film adaptasinya rilis pada Agustus 2024. (instagram.com/atriabooks)
It Ends With Us sebenarnya sebuah novel yang mengeksplor hubungan toksik pasutri bernama Lily dan Ryle. Sejak awal Lily sudah tahu kalau yang dilakukan Ryle adalah kekerasan domestik, tetapi susah baginya untuk mengakui dan keluar dari lingkaran toksik itu. Sampai ia bertemu lagi dengan cinta pertamanya, Atlas yang membantu dan menyakinkannya untuk keluar dari hubungan tak sehat itu.
Kesadaran Lily sejak awal yang tidak dibarengi dengan kemauan untuk pergi dari hubungan itu sering dikritisi pembaca sebagai langkah Hoover meromantisasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Hoover sendiri dikenal sebagai penulis yang problematik. Meski perempuan, caranya menulis adegan romantis justru sarat male gaze.
Dalam versi film, penulis naskah Christy Hall dan sutradara Justin Baldoni yang juga memerankan Ryle mencoba mengubah beberapa hal. Ia memastikan apa yang dilakukan Ryle di film terlihat samar, antara sengaja dan tak sengaja dengan harapan orang tidak akan menghakimi Lily secepat di novel. Ia juga cukup berhati-hati, memastikan kalau filmnya fokus pada perspektif perempuan, yakni Lily.
Dalam berbagai kesempatan promosi dan screening filmnya, Baldoni juga konsisten menyatakan bahwa film ini dibuat untuk meningkatkan kesadaran soal eksistensi KDRT dan berbagai polemik di baliknya. Termasuk kesulitan korban untuk mengakui dan memahami apa yang terjadi pada mereka. Ia juga memotret Ryle sebagai lelaki yang tampak normal, bukan monster atau lelaki dengan kualitas maskulinitas tertentu dengan harapan mengedukasi penonton bahwa tak ada stereotip tertentu yang melekat pada pelaku KDRT karena mereka bisa saja siapapun di dekat kita.