Monty Tiwa di jumpa pers "Open BO 3: I Am Campus" di Midaz Senayan, Jakarta, Kamis (18/9/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana))
Dalam sesi tanya jawab, Monty Tiwa menekankan, sejak musim pertama, Open BO selalu mencoba menghadirkan tanggung jawab moral kepada penonton, meski dengan bungkus yang berbeda.
"Meskipun bungkusannya kelihatannya seksi, bungkusannya adalah sesuatu yang tabu atau apa, tapi kan sebetulnya ya open BO itu sendiri, kan? Kalau kita mau pikir-pikir ya, masyarakat seperti apa sih yang ada industri kayak open BO, gitu," jelasnya.
Menurutnya, keberadaan praktik open BO di Indonesia justru memiliki karakteristik unik yang tidak ditemukan di negara lain, bahkan Amerika Serikat sekalipun.
"Di Amerika aja, untuk industri seks online seperti yang ada di sini ya, dengan aplikasi ijo itu gak ada, lho. Di Amerika itu gak ada, karena aplikasi yang dipakai di sini gak tersedia di sana. Artinya, ada sesuatu yang spesifik dan unik yang hanya ada di kita gitu," ungkap Monty.
Hal ini menunjukkan betapa fenomena tersebut spesifik dan lahir dari kondisi masyarakat lokal yang perlu dikaji lebih dalam.
"Kalau cuma bicara industri seks, semua negara ada pasti, ya. Tapi yang sebebas open BO, yang seliar open BO, yang tidak punya konsekuensi hukum sebebas open BO, cuma ada di kita," tambahnya.