Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Oasis (instagram.com/oasis)
Oasis (instagram.com/oasis)

Intinya sih...

  • "Run For Your Life" – The Beatles: John Lennon malu dengan lirik gelap dan bernada ancaman dalam lagu ini.

  • "I Can See A Liar" – Oasis: Noel Gallagher tidak suka lagu ini karena terasa seperti tiruan punk rock.

  • "Tusk" – Fleetwood Mac: Stevie Nicks tidak setuju dengan eksperimental dan konotasi vulgar dalam lagu ini.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tak semua lagu terkenal lahir dari rasa bangga. Beberapa justru berasal dari momen ragu, penyesalan, bahkan rasa malu dari si pencipta sendiri. Entah karena liriknya yang dianggap buruk, makna lagu yang kontroversial, atau sekadar tak sesuai dengan visi mereka, ada lagu-lagu yang pernah hampir tidak dirilis sama sekali.

Beberapa dari lagu tersebut bahkan dianggap sebagai “noda” di album yang sebenarnya brilian. Namun, justru karena kejujurannya atau ketidaksempurnaannya, lagu-lagu ini kini memiliki tempat tersendiri di hati para penggemar. Inilah lima lagu ikonik yang sempat ingin dibuang oleh musisinya sendiri.

1. "Run For Your Life" – The Beatles

Meski Rubber Soul sering dianggap sebagai tonggak kedewasaan musik The Beatles, John Lennon sendiri tak terlalu bangga dengan salah satu lagu dalam album tersebut. Pasalnya, “Run For Your Life” menyuarakan kecemburuan posesif yang ekstrem bahkan bernada ancaman. Lennon mengakui bahwa ia malu pernah menulis lagu ini dan menyebutnya sebagai “sampah.”

Secara musikal, lagu ini terdengar cukup menarik, tapi liriknya dianggap terlalu gelap dan bertentangan dengan arah baru band yang lebih dewasa. Ironisnya, lagu ini direkam pertama dalam sesi Rubber Soul, dan tetap masuk karena proses produksi yang berjalan cepat. Walau begitu, lagu ini bahkan membawa pengaruh pada musisi seperti Brian Wilson.

2. "I Can See A Liar" – Oasis

Setelah kesuksesan besar album Be Here Now, Oasis memasuki masa transisi yang cukup goyah. Album Standing on the Shoulder of Giants seharusnya menjadi era baru, tapi malah dipenuhi lagu-lagu yang terasa kehilangan arah. Salah satunya adalah “I Can See A Liar”, lagu yang Noel Gallagher sendiri akui tidak ia sukai sejak awal.

Lagu ini tetap masuk album hanya karena mereka butuh lagu cepat di tengah dominasi balada. Meski cukup energik, lagunya terasa seperti tiruan setengah hati dari semangat punk rock ala Sex Pistols. Alih-alih membawa gebrakan baru, lagu ini justru menjadi bukti bahwa Oasis sedang kebingungan mempertahankan relevansinya.

3. "Tusk" – Fleetwood Mac

Stevie Nicks terkenal sebagai penulis lagu yang menaruh hati dalam setiap kata, tapi “Tusk” bukanlah lagu yang ia dukung sepenuhnya. Ditulis oleh Lindsey Buckingham, lagu ini terdengar eksperimental dan penuh energi seksual yang tersirat kuat, sesuatu yang tak nyaman bagi Nicks. Terlebih lagi, judulnya sendiri punya konotasi yang cukup vulgar.

Walau awalnya diragukan, lagu ini justru berkembang jadi sajian yang spektakuler saat dibawakan secara live, terutama berkat kehadiran marching band yang membuatnya unik. Meskipun Stevie Nicks enggan dengan pendekatannya, lagu ini menunjukkan bahwa Fleetwood Mac berani keluar dari zona nyaman, bahkan jika itu berarti membuat sebagian anggotanya merasa canggung.

4. "I Wish You Peace" – Eagles

Sebagai dua otak besar Eagles, Don Henley dan Glenn Frey sangat perfeksionis soal kualitas lagu. Maka tak heran jika Henley merasa kecewa dengan “I Wish You Peace”, lagu penutup dalam album One of These Nights. Lagu ini ditulis oleh Bernie Leadon bersama pacarnya, yang kebetulan adalah putri Presiden Ronald Reagan, tapi sayangnya tidak memberikan dampak emosional yang kuat.

Henley menganggap lagu ini terlalu datar dan tidak mencapai standar artistik Eagles. Meski secara makna lagu ini penuh harapan dan ketulusan, eksekusinya dinilai terlalu biasa dan tidak meninggalkan kesan mendalam. Bahkan Henley secara terbuka mengatakan bahwa ia berharap lagu itu tidak pernah dirilis.

5. Amsterdam – Van Halen

Di album Balance, hubungan antar anggota Van Halen sudah mulai retak, terutama antara Sammy Hagar dan Eddie Van Halen. Lagu “Amsterdam”, yang awalnya dimaksudkan sebagai momen santai di tengah lagu-lagu berat, justru memicu konflik karena liriknya yang dianggap terlalu dangkal dan stereotip soal negara asal Eddie dan Alex Van Halen yakni Belanda.

Bagi Eddie, lagu ini terlalu meremehkan budaya negaranya sendiri, seolah hanya tentang ganja dan kebebasan tanpa makna. Ia merasa lagu ini mempermalukan identitasnya dan menyebutnya sebagai salah satu titik terendah dalam karier band secara lirik. Namun, dibandingkan materi di album Van Halen III, bisa jadi “Amsterdam” masih punya nilai hiburan yang layak dinikmati.

Lagu-lagu ini menunjukkan bahwa di balik setiap karya yang kita dengar, ada pergulatan emosional dan keputusan sulit yang tidak selalu terlihat di permukaan. Jadi, dari kelima lagu di atas, mana yang menurutmu seharusnya memang tidak pernah dirilis?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team