Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Pamungkas (instagram.com/pamungkas)

Dalam dunia musik Indonesia, Pamungkas dikenal sebagai penyanyi yang mampu menyampaikan kisah cinta dengan cara yang jujur dan menyentuh. Salah satu karyanya yang paling menggugah yaitu "Monolog". Lagu tersebut mengajak pendengar untuk merenungkan arti cinta sejati di tengah kebisingan kehidupan modern. Lirik lagu "Monolog" memiliki arti yang mendalam dan melodi yang syahdu. Tak hanya enak didengar, lagu ini juga meninggalkan bekas di hati.

Melalui liriknya yang puitis dan aransemen musik yang minimalis, Pamungkas berhasil menciptakan ruang untuk introspeksi. Lagu ini juga mengajak kita untuk bertanya pada diri sendiri tentang menghargai dan memperjuangkan cinta yang tulus dari hati. Mau tahu lirik lengkapnya? Cek lirik lagu "Monolog" hingga makna dari lagu cinta ini.

1. Lirik lagu "Monolog" Pamungkas

Gelap di dalam tanya

Menyembunyikan rahasianya

Letih kehabisan kata

Dan kita pada akhirnya diam

Bunga di bulan sepi

Jatuh terdampar tersasar

 

Alasan masih bersama

Bukan karena telanjur lama

Tapi rasanya yang masih sama

Seperti sejak pertama jumpa

Dirimu di kala senja

Duduk berdua tanpa suara

 

Rindu yang jatuh di kamarku

Hanyalah rindu yang datang padamu

Bertanya mengapa kita

Masih di sini tersenyum

 

Alasan masih bersama

Bukan karena telanjur lama

Tapi rasanya yang masih sama

Seperti sejak pertama jumpa

Dirimu di kala senja

Duduk berdua tanpa suara

2. Makna lagu "Monolog"

potret Pamungkas (instagram.com/pamunqkas)

Lagu "Monolog" menggambarkan kisah pergulatan batin seseorang. Ia merenungkan alasan di balik mempertahankan sebuah hubungan meski harus berjuang sendiri. Lagu ini menjelaskan bahwa cinta sejati bukan sekadar kebiasaan, melainkan perasaan yang tetap utuh sejak awal pertemuan.

Lirik lagu ini menggambarkan tentang kejujuran dalam cinta. Ia mengajak pendengar untuk tidak hanya bertahan dalam hubungan karena kebiasaan, tetapi karena perasaan yang tulus. Secara keseluruhan, lagu "Monolog" mengingatkan kita bahwa hubungan yang kuat bukanlah tentang berapa lama kita bersama, tetapi tentang seberapa jauh kita masih merasakan hal yang sama seperti saat pertama kali jatuh cinta. Itulah mengapa lagu tersebut tetap relevan dan menyentuh untuk merenungkan makna cinta.

3. Fakta menarik lagu "Monolog"

potret Pamungkas (instagram.com/pamunqkas)

Lagu "Monolog" merupakan lagu ke-16 dalam album Walk the Talk. Album ini dirilis pada 2018 kemarin, yang awalnya dirilis dengan sepuluh lagu pada 2017. Kemudian, Walk the Talk diperbarui dengan tambahan enam lagu, termasuk "Monolog".

Menariknya, lagu "Monolog" yang dirilis pada Agustus 2018 lampau punya video lirik yang diunggah di kanal YouTube. Adapun, video tersebut sudah ditonton sebanyak 42 juta kali hingga sekarang. Sementara, di Spotify, lagu ini punya 43,3 juta pendengar bulanan.

Berbeda dengan lagu-lagunya yang umumnya berbahasa Inggris, "Monolog" menggunakan bahasa Indonesia dengan aransemen minimalis dan nada lembut. Lagu ini pun menonjolkan kedalaman lirik. Tak heran "Monolog" menjadi favorit banyak orang, terutama kalangan anak muda.

Banyak anak muda yang mungkin relate dengan lagu ini. Itu karena liriknya mencerminkan perasaan yang umum, tetapi sulit diungkapkan. Kombinasi lirik puitis, melodi syahdu, dan pesan universal tentang cinta menjadikannya salah satu karya Pamungkas yang tak lekang oleh waktu.

Di tengah banyaknya lirik lagu cinta yang berbicara tentang bahagia atau patah hati, lirik lagu "Monolog" hadir sebagai jawaban yang datang dari hati yang paling jujur dari pertanyaan yang jarang diungkapkan. Itulah mengapa lagu ini tetap menjadi relevan dan terus menyentuh hati pendengarnya, bahkan setelah bertahun-tahun sejak pertama kali dirilis. Jadi, apakah "Monolog" salah satu lagu favoritmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha