Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Lutesha di konferensi pers film "Sampai Jumpa, Selamat Tinggal," Senin (2/6/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Jakarta, IDN Times – Aktris Lutesha Sadhewa tampil beda di film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal (2025). Berperan sebagai Vanya, bos gangster yang manipulatif di film tersebut, Lutesha merombak penampilannya dengan belasan tato dan piercing di wajahnya.

Selain transformasi fisik, ia juga menerapkan metode akting khusus untuk menghidupkan karakter antagonis ini. Apa saja yang ia lakukan untuk memerankan Vanya?

1. Vanya jadi peran antagonis pertama Lutesha

Lutesha sebagai Vanya (dok. Adhya Pictures/Sampai Jumpa, Selamat Tinggal)

Untuk pertama kalinya, Lutesha berperan sebagai antagonis lewat sosok Vanya. Pemeran Alpha dalam The Big 4 (2022) ini pun menyambutnya dengan antusias.

"Jujur ini karakter antagonis pertama aku, jadi aku sangat excited, kayak ah seru ngeracik. Seru nih bisa gue apa-apain ya. Mas Adri good listeners dia mau sekali berkolaborasi. Jadi aku benar-benar ngeracik karakter mau ngapain ya. Kita kulik bareng-bareng," ujar Lutesha saat konferensi pers di XXI Metropole, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (2/6/2025)

Tantangan terbesar baginya adalah memahami psikologi karakter Vanya yang abu-abu dan punya motif kompleks di baliknya. Untuk mengatasinya, Lutesha berdiskusi dengan sang sutradara, Adriyanto Dewo, agar lebih bisa mendalami sosok Vanya.

"Untuk proses pendalaman karakter, seperti biasa aku membaca skripnya, aku menganalisa, dan tentu aku berdiskusi sama Mas Adri untuk membentuk karakter Vanya," tuturnya.

2. Sengaja lambatkan tempo bicara demi berikan kesan mengintimidasi

Lutesha sebagai Vanya (dok. Adhya Pictures/Sampai Jumpa, Selamat Tinggal)

Untuk menciptakan aura intimidasi khas bos mafia, Lutesha sengaja melambatkan tempo bicara Vanya dan memanfaatkan vape sebagai properti pendukung.

"Mungkin pada awalnya kita punya stereotype kalau gangster atau bos mafia itu cara bicaranya seperti 'laki-laki' atau preman gitu. Tapi di sini aku menawarkan sesuatu yang baru, kenapa kita nggak bikin menciptakan aja karakter yang baru gitu," ucap Lutesha.

Sekilas, pendekatan ini terinspirasi dari karakter-karakter mafia dalam film seperti The Godfather, di mana ketenangan justru memperkuat ancaman dari karakter tersebut.

"Kalau kita lambanin gimana? Kalau dia cara bicaranya dilambanin, itu menandakan karakter yang sangat taktis, dia itu pelan-pelan. Dia itu seperti predator yang ingin mencari mangsanya. Jadi dia benar-benar observe mangsanya, dia observe gerak-gerik mangsanya. Dia harus ngomong apa nih selanjutnya, gitu," imbuhnya.

3. Tiru gerak-gerik gangster di Seosan, Korea Selatan

Lutesha sebagai Vanya (dok. Adhya Pictures/Sampai Jumpa, Selamat Tinggal)

Syuting di Korea Selatan juga memberikan kesempatan bagi Lutesha untuk melakukan riset langsung. Dengan begitu, ia bisa mendapat gambaran seperti apa sosok gangster di sana.

"Kita juga sempat syuting di Seosan kan, ya? (Seosan) itu kota kecil, 30 menit dari Dangjin. Nah, lucunya di Seosan itu juga ternyata cukup banyak mafia atau gangster di sana. Jadi aku kayak melihat aktivitas orang-orang di sana dan itu sangat cukup menarik sih," jelasnya.

Tak hanya melihat gerak-gerik mereka, Lutesha juga memelajari beberapa kata-kata dan istilah yang digunakan. Hal ini ia lakukan mengingat Vanya cukup banyak memakai bahasa Korea.

"Untungnya kita diberikan privilege, kita punya dialect coach. Jadi sebelumnya pas proses reading, kita diberikan sekitar 2-3 minggu untuk berlatih dialog Korea-nya. Kita dibantuin sama Kak Ayu, dia emang orang Indonesia yang sudah menetap di Korea lama. Jadi kita dikasih tahu pelafalannya seperti apa, pronunciation-nya gitu," tambahnya.

Editorial Team