Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Matty Healy dari band The 1975 (instagram.com/the1975)

Bukan hal aneh mendengar musisi berselisih dengan label rekamannya. Biasanya masalahnya tak jauh dari perihal kemerdekaan berkarya.

Label rekaman cenderung mengutamakan pertimbangan-pertimbangan komersial tertentu yang kadang tak sejalan dengan keinginan musisi yang dinaunginya. Itulah yang akhirnya menginspirasi beberapa musisi membangun label rekaman sendiri. 

Siapa saja mereka?

1. The 1975, Dirty Hit Records

potret band The 1975 (instagram.com/the1975)

Dirty Hit sebenarnya didirikan pertama kali oleh Jamie Oborne, Brian Smith, dan Ugo Ehiogu pada 2009 di Inggris. Mereka tertarik pada band The 1975 yang saat itu masih berstatus band indie alias belum punya label rekaman resmi. 

Di awal kemunculannya, The 1975 sudah menarik banyak label rekaman besar yang ingin menjadi perwakilan mereka. Namun, Dirty Hit akhirnya berhasil merebut perhatian band muda tersebut. Tak hanya jadi band yang dinaungi, para anggotanya diajak menjadi bagian dari label rekaman. Matty Healy, sang vokalis misalnya kini menjabat sebagai creative director

Kini Dirty Hit sudah punya beberapa musisi yang dinaungi. Sebut saja No Rome, Beabadoobee, dan Rina Sawayama. Mereka memiliki konsistensi sendiri saat menentukan musisi dan nilai dalam karya yang dihasilkan, seperti keberagaman, anti-misogini dan liberalisme. Bisa dibilang Dirty Hit punya karakter yang sama dengan 88risings di Amerika Serikat. 

2. Lauren Jauregui, Attunement Records

potret Lauren Jauregui (instagram.com/fifthharmony)

Usai Fifth Harmony mengumumkan pembubarannya pada 2018 lalu, para membernya mulai berkarier solo. Termasuk Lauren Jauregui yang selama tahun 2018-2020 masih punya kontrak dengan label lamanya dan merilis beberapa single bergenre pop. 

Barulah di Oktober 2021 ini, ia memilih untuk merilis single baru berjudul “Colors" bersamaan dengan sebuah EP lewat label rekaman baru yang ia bangun sendiri bernama Attunement. Ini merupakan bentuk komitmen Jauregui yang ingin mendapatkan kemerdekaan berkarya secara penuh.

Ia tampak bergeser dari genre pop generik ke musik yang lebih eksperimental.

3. Will Joseph Cook, Bad Hotel Records

potret Will Joseph Cook (instagram.com/willjosephcook)

Will Joseph Cook sebelumnya merilis karya debutnya bersama label Atlantic Records pada 2017. Pelantun lagu "Be Around Me" ini akhirnya memilih merilis album keduanya lewat label rekaman yang ia dirikan sendiri, Bad Hotel Records pada 2020 lalu.

Sama dengan musisi lainnya, alasannya tak jauh dari keinginan untuk mendapatkan kemerdekaan berekspresi serta kontrol lebih atas karya mereka. Sejauh ini, label tersebut baru menaungi Will Joseph Cook saja.

4. 5 Seconds of Summer, Hi or Hey Records

potret band 5 Seconds of Summer (instagram.com/5sos)

5 Seconds of Summer juga memulai karier mereka sebagai band indie. Saat popularitas mereka melejit di tahun 2013, mereka menandatangani kontrak dengan Capitol Records, salah satu label rekaman besar asal Amerika Serikat. Bersama Capitol, mereka berhasil merilis satu single laris, "She Looks So Perfect".

Di tahun 2014 mereka mengumumkan akan membuat label rekaman baru dan berkomitmen menggunakan platform tersebut untuk merilis karya-karya mereka, termasuk album debut mereka. Hi or Hey Records akhirnya resmi berdiri di tahun tersebut dan mendapuk 5 Seconds of Summer sebagai musisi pertama yang dikontrak. Beberapa waktu setelahnya, label tersebut turut mengorbitkan band muda Hey Violet. 

Menariknya lima tahun berselang, 5 Seconds of Summer memilih hengkang dari label rekaman buatan mereka dan bergabung dengan Interscope sejak 2019. Youngblood menjadi album terakhir mereka yang dirilis bareng Hi or Hey. 

5. Odd Future, Odd Future Records

potret Tyler, The Creator (instagram.com/feliciathegoat)

Odd Future Records didirikan pada 2011 oleh para member kolektif hiphop Odd Future sebagai anak perusahaan Sony Music Entertainment. Label tersebut dibentuk untuk menaungi para member kolektif tersebut Tyler the Creator, Frank Ocean, Hodgy Beats dan  Earl Sweatshirt dengan kontrol lebih atas karya kreatif mereka. 

Meski Odd Future tak lagi aktif merilis karya sebagai kesatuan, para anggotanya tampak fokus berkarier solo di bawah naungan label rekaman bentukan mereka.  

6. CHVRCHES, Goodbye Records

potret band CHVRCHES (instagram.com/chvrches)

Band synth-pop asal Skotlandia ini merilis album debut mereka bersama kerjasama label Virgin Records dan Goodbye Records bentukan mereka di tahun 2013. Label tersebut menaungi mereka sampai album ketiga, Love is Dead di tahun 2018. Sebelum akhirnya, album Screen Violence mereka garap bersama label lain Glassnote Records. 

Selain merilis karya CHVRCHES, Goodbye turut mengorbitkan beberapa musisi indie, seperti Mansionair, Soak, dan DRELLER hingga tahun 2017. 

7. JAY-Z, Roc Nation

potret Jay-Z (nytimes.com)

Roc Nation didirikan JAY-Z pada 2008 dan menjadikan J. Cole sebagai artis pertama yang mereka kontrak. Mereka dikenal menaungi beberapa nama besar seperti Kelly Rowland,
Megan Thee Stallion, DJ Khaled. Bahkan Kanye West dan Rita Ora pernah menjadi talent mereka sebelum hengkang. 

Tak hanya fokus di musik, Roc Nation merambah bidang olahraga dan menawarkan jasa representatif untuk para atlet, utamanya yang berlaga di NFL dan NBA. Perusahaan ini juga bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk menawarkan kelas-kelas musik dan olahraga. 

8. Fall Out Boy, DCD2 Records

potret band Fall Out Boy (instagram.com/falloutboy)

DCD2 Records dulunya bernama Decaydance dan didirikan pada 2005 oleh Pete Wentz dan Patrick Stump dari band rok Fall Out Boy sebagai afiliasi dari label Fueled By Ramen. Panic! At The Disco merupakan band pertama yang berada di bawah naungan label tersebut. Disusul New Politics, Cobra Starship, Gym Class Heroes, Hey Monday, Tyga, dan lain sebagainya. 

Banyak musisi yang akhirnya bubar, hiatus, atau pindah label. Kini artis aktif di DCD2 Records hanya Fall Out Boy, Panic! At The Disco, Ultra Q, Gym Class Heroes, dan nothing, nowhere.

Ada yang terus melebarkan sayap, ada juga yang mulai ditinggalkan musisinya, memang tak ada yang pasti dalam bisnis. Namun, salut atas keberanian mereka memperjuangkan kemerdekaan berkarya dengan mendirikan label rekaman sendiri. 

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team