Meski erat dengan sejarah perdagangan budak trans-Atlantik, musik jazz perlahan identik dengan pendengar yang datang dari kalangan atas. Ada beberapa alasan, mulai dari dianggap lebih rumit dan abstrak, sampai kapitalisasi berlebih yang membuat tiket konser musik jazz relatif mahal adalah beberapa alasannya. Belum lagi pengaruh propaganda era Perang Dingin yang mencerabut jazz dari kehidupan kelas pekerja karena dianggap lekat dengan nilai-nilai kapitalisme dan liberalisme Barat.
Beberapa dekade kemudian, doktrin itu masih melekat kuat, terutama di negara-negara yang punya sejarah kelam soal perang ideologi masa itu. Hingga akhirnya pada 2010-an, jazz mulai aksesibel, termasuk di Indonesia. Konser-konser jazz mulai diadakan dengan target pasar anak muda. Di samping itu, kita juga makin mudah mendengar elemen jazz dalam berbagai lagu masa kini.
Seperti beberapa musisi yang melebur jazz dengan beragam genre berikut ini. Walau masih muda, mereka memadukan musiknya dengan beragam genre. Jazz yang dulunya terkesan eksklusif jadi makin aksesibel dan memikat di telinga.