Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Papermoon Puppet Theater di Jazz Gunung Series 1
Papermoon Puppet Theater di Jazz Gunung Series 1 (dok. IDN Times/Aulia Supintou)

Probolinggo, IDN Times - Halaman Rest Area Jiwa Jawa Resort pada Sabtu (19/7/2025) pukul 09.27 WIB tampak ramai dengan anak-anak dari SDN Jetak yang hendak menyaksikan Papermoon Puppet Theater di Jazz Gunung Bromo Series 1. Dibagi menjadi dua kelompok, Papermoon Puppet Theater mengajak penonton dari anak-anak hingga dewasa menjelajahi sawah di pemukiman sekitar.

Setelah bertemu Mbah Kunta dan Pak Tani, semua penonton diajak menyaksikan teater Papermoon Puppet yang mengangkat kisah masyarakat sekitar Bromo. Untuk menutup rangkaiam tur, adik-adik SDN Jegak membuat boneka sayur bersama-sama.

Papermoon Puppet Theater menggelar pertunjukan selama dua hari pada 19 - 20 Juli 2025 di Jazz Gunung. Mari ikuti perjalanan Papermoon Puppet Theater mengelilingi daerah sekitar Jiwa Jawa Resort.

1. Jelajahi sawah untuk ketemu Mbah Tani dan Mbah Kunta

Papermoon Puppet Theater di Jazz Gunung Series 1 (dok. IDN Times/Aulia Supintou)

Memasuki jalan setapak Desa Wonotoro, kami harus melewati sawah yang menanam kol, dengan medan naik dan turun. Di sebuah pasar yang sepi, tertidur sosok Mbah Kunta bersama barang dagangannya, yaitu wortel dan daun bawang.

Saat rekan media, penonton anak-anak dan orang dewasa sampai di sana, Mbah Kunta masih tertidur nyenyak. Setelah Pambo, salah satu lakon di Papermoon Puppet Theater membangunkan Mbah Kunta, ia terkejut melihat anak-anak yang sedang memperhatikannya.

Mbah Kunta tidak banyak berbicara, namun ia sempat memberikan wortel kepada Pambo dan salah satu siswa SDN Jegak sebelum tertidur kembali. Bak karya hidup, ternyata Mbah Kunta dibuat menggunakan bahan-bahan yang sering ditemui, yaitu kayu, rotan, stocking, dan kertas.

"Ini badan yang dipakai rotan, terus ada kayu-kayu, tangannya ini juga kayu, terus ini kakinya kayu, untuk mukanya ini kita pakai kertas. Namanya paper mache (teknik membuat benda 3 dimensi dengan media kertas yang dihancurkan sampai alus," ungkap Beni sambil menggerakkan bagian tubuh boneka di tangannya.

Perjalanan berlanjut, kali ini para penonton diajak bertemu dengan Pak Tani di tengah sawahnya. Beberapa anak-anak yang ikut jelajah ini sempat bersalaman dengan pria tua yang memakai topi petani itu.

2. Nonton teater Pappermoon Puppet yang jenaka

Papermoon Puppet Theater di Jazz Gunung Series 1 (dok. IDN Times/Aulia Supintou)

Perjalanan kami tidak sampai di situ, semua penonton diajak duduk di sebuah lapangan yang sudah disiapkan oleh Papermoon Puppet Theater. Selama 30 menit, penonton diajak mengikuti kisah Pak Tani, Mbah Putri, dan cucunya yang diperankan oleh Yoga.

"Karena ingin menyoroti kehidupan di belakang Jazz Gunung Bromo juga," ungkap Ria, pemilik Papermoon Puppet Theater saat ditanya kenapa mengangkat kisah para petani.

Yoga, Beni, dan Pambo mempertontonkan pertunjukan boneka yang terbuat dari sayur-sayuran, seperti wortel, cabai, timun, kol, dan terong. Sekitar 10 menit sebelum pertunjukkan berakhir, sosok boneka kayu bernama Mbah Putri muncul dan memasak sayur mayur untuk sang suami, Pak Tani yang akan pergi ke pasar.

3. Bikin boneka sayur bareng siswa kwlas 1 dan 6 SDN Jetak

Papermoon Puppet Theater di Jazz Gunung Series 1 (dok. IDN Times/Aulia Supintou)

Keseruan belum berakhir, kali ini, Papermoon Puppet Theater mengajak siswa kelas 1 dan 6 SDN Jetak untuk membuat boneka dari sayuran. Hanya dalam kurun waktu sekitar 20 menit, berbagai boneka sayuran siap dipresentasikan, mulai dari yang bertema peri, superman, reog, hingga boneka ambalabu.

"Memanfaatkan sayur-sayur yang sudah rusak, tidak bagus, tidak dipanen, kita manfaatkan untuk boneka sayur," jelas Yoga di depan anak-anak yang tidak sabar ingin membuat boneka sayur.

Uniknya, saat menunggu giliran untuk menceritakan boneka yang mereka buat, beberapa anak mengupas wortel segar secara mandiri dan langsung menikmati tanpa di cuci terlebih dahulu. Kapan lagi bisa bikin kreasi, sembari makan sayuran segar?

Editorial Team

EditorTriadanti