Gala premiere "Avatar: Fire and Ash" di XXI Gandaria City, Jakarta, Selasa (16/12/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)
Memasuki babak akhir, film ini berubah menjadi roller coaster emosi. Beberapa sequence bikin merinding, dan tak jarang penonton berteriak "Woooo!" atau spontan bertepuk tangan. Bukan hanya ledakan atau ketegangannya yang mencuri perhatian, melainkan parade visualnya yang megah dan indah.
Fenomena alam Pandora, koreografi pertempuran, hingga momen-momen ledakan terasa begitu satisfying. Secara emosional, Fire and Ash juga jauh lebih kompleks. Tiap karakter punya cara sendiri menghadapi duka, membuat konflik cerita tidak lagi linear, tapi bercabang tanpa kehilangan arah. Salah satu penonton menyebut film ini sebagai kisah tentang "bagaimana keluarga Sully mencoba berdamai dan move on setelah kematian Neteyam."
Sekali lagi, James Cameron menunjukkan kelasnya. Emosi mengalir, konflik tumbuh pelan tapi pasti, dan plot berjalan tanpa draggy. Tiga jam lebih berlalu tanpa rasa ngantuk, berkat visual yang paripurna dan cerita yang padat dengan payoff karakter yang memuaskan.
Buat kamu yang masih ragu memilih format menonton, pengalaman ini menjawab satu hal: Avatar: Fire and Ash di IMAX 3D bukan cuma pecah, tapi terasa seperti destinasi wajib bagi pencinta sinema. Jangan lupa amankan tiket dan rasakan sendiri perjalanan masuk ke Pandora, ya!