Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Apakah Arthur selamat di ending Joker: Folie à Deux? (dok. Warner Bros./Joker: Folie à Deux)

Akhir dari Joker: Folie à Deux memicu banyak perdebatan di kalangan penggemar. Film ini menutup babak baru dari perjalanan Arthur Fleck (Joaquin Phoenix), yang kali ini ditemani Harlenn "Lee" Quinzel (Lady Gaga). Namun, adegan akhirnya meninggalkan banyak tanda tanya. Apa sebenarnya yang terjadi pada Arthur Fleck?

Yuk, kita bahas tuntas penjelasan ending Joker: Folie à Deux di bawah ini!

Artikel ini mengandung spoiler tentang plot dan ending Joker: Folie à Deux!

1. Arthur mengakui pembunuhan yang dia lakukan, lalu...

Harry Lawtey dalam film Joker: Folie à Deux. (dok. Warner Bros./Joker: Folie à Deux)

Di babak terakhir, Arthur mengikuti anjuran Lee dan berhenti meminum obatnya, sehingga persona "Joker" kembali muncul. Puncaknya ketika ia memecat pengacaranya, Maryanne (Catherine Keener), dan memakai riasan wajah Joker di pengadilan.

Ia pun terpaksa menghadapi orang-orang yang telah disakitinya di film pertama, seperti Gary (Leigh Gill) dan Sophie (Zazie Beetz). Mereka berbagi detail pahit tentang bagaimana Arthur dipandang oleh orang lain, termasuk ibunya sendiri. Dari adegan ini, semuanya berubah.

Saat kembali ke penjara, Arthur disiksa oleh para penjaganya. Temannya, Ricky (Jacob Lofland), bahkan dibunuh. Ia pun dilecehkan secara seksual. Muak menghadapi semua ini, ia akhirnya mengaku kalau Joker tidak pernah eksis—hanya ada Arthur.

Lewat pengakuan ini, Jaksa Harvey Dent (Harry Lawtey) pun menuntut Arthur atas enam kasus pembunuhan. Namun sebelum hasil putusan selesai dibacakan, sebuah bom meledak dan menhancurkan ruang sidang. Arthur berhasil lolos dan ditolong oleh para Jokerhead.

Arthur, merasa  dirinya bukan Joker lagi, kabur dari Jokerhead. Saat ia coba menaiki tangga ikonik tempatnya menari, ia bertemu dengan Lee yang kecewa. Arthur memelas untuk memperbaiki hubungan mereka, sampai akhirnya mobil polisi datang.

2. Ternyata, Arthur Fleck bukanlah Joker yang sesungguhnya

Joker dan Harley Quinn di persidangan (dok. Warner Bros./Joker: Folie à Deux)

Arthur, yang dijatuhi hukuman mati, kembali menjalani rutinitasnya di Arkham State Hospital. Suatu hari, ia mendapat panggilan dari penjaganya. Namun saat berjalan, teman penjaranya memanggil Arthur dan melempar sebuah lelucon terakhir:

"Seorang psikopat masuk ke dalam bar, dan melihat badut duduk sendirian. Sungguh mengecewakan. Aku biasa menontonmu di TV. Apa yang bisa kubelikan untukmu? 'Kau bisa membelikanku apa saja.' Bagus, bagaimana kalau membelikanmu apa yang pantas kamu dapatkan?"

Psikopat itu pun menusuk perut Arthur, sampai ia meregang nyawa. Di belakang, sang psikopat terus tertawa dan membuat "senyuman" di wajahnya dengan pisau, persis seperti bekas luka yang ada di Joker versi Heath Ledger dalam film The Dark Knight (2008).

Nasib Arthur berakhir di film ini. Ia mati, dan That's Life kembali dimainkan. Bedanya, dalam Joker (2019) lagu itu bernada sarkastis. Sekarang menjadi pahit, brutal, dan suram. Kalimat "kamu mendapatkan apa yang pantas kamu dapatkan" yang diucapkan Arthur kepada Murray di film Joker pun menjadi kalimat terakhir yang didengarnya. Karma.

3. Joker 2 adalah gambaran hubungan toxic antara Arthur dan Lee

Joaquin Phoenix dan Lady Gaga di film Joker: Folie à Deux (dok. Warner Bros./Joker: Folie à Deux)

Salah satu elemen yang paling menarik dari Joker: Folie à Deux adalah hubungan yang rumit antara Arthur dan Lee. Meskipun pada awalnya Lee tampak mendukung Arthur, akhirnya dia pun meninggalkan Arthur di titik terendahnya.

Film ini memberikan sentuhan baru pada hubungan Joker-Harley Quinn. Namun alih-alih hubungan yang penuh gairah seperti di film Suicide Squad (2016), hubungan mereka justru hanya satu arah. Jika biasanya Joker yang mempermainkan Harley Quinn, yang terjadi kali ini justru sebaliknya.

Lee awalnya tertarik pada Arthur karena persona Joker, bukan Arthur Fleck sebagai individu. Jadi ketika Arthur melepaskan identitas Joker, Lee menjauh. Seperti judulnya Folie à Deux atau kegilaan dua orang, film ini juga merepresentasikan delusi mereka berdua.

Arthur jatuh cinta dengan Lee karena ia melihatnya sebagai sosok yang mencintainya. Namun Lee hanya memanipulasi pikirannya untuk mengeluarkan Joker. Mulai dari percumbuan hingga klaim kalau ia sedang mengandung, semua dilakukan Lee demi Joker. Hal ini diperkuat oleh Todd Phillips dalam wawancaranya dengan Entertainment Weekly.

"Yang menyedihkan adalah, dia adalah Arthur, dan tidak ada yang peduli tentang Arthur," ucapnya. Phillips menambahkan kalau Lee tidak pernah menyebut nama "Arthur" dalam film tersebut. Ia bahkan tega meninggalkan Arthur di anak tangga yang sama ketika Joker menari pada film pertamanya. 

4. Kemunculan Lee di ending film bukan ilusi Arthur

Lee Quinzel aka Harley Quinn (dok. Warner Bros./Joker: Folie à Deux)

Salah satu elemen terkuat di akhir film adalah kemunculan Lee yang tampaknya hanya ada di kepala Arthur. Sama seperti Sophie di film pertama, ada keraguan apakah interaksi terakhir mereka benar-benar terjadi atau hanya halusinasi Arthur. Dalam adegan tersebut, Lee bernyanyi tapi dihentikan oleh Arthur yang sudah muak.

Pertemuan terakhir mereka bisa jadi hanyalah representasi dari penolakan Arthur terhadap kematian Lee. Terlebih, Lee terlihat memegang pistol saat Arthur meneleponnya dari ruang sidang. Sayang, adegan tersebut nyata.

"[Lee] menyadari, 'aku sedang dalam perjalanan yang berbeda, kawan, kamu tidak bisa menjadi seperti yang aku inginkan,'" jelas Phillips. Ia menambahkan, meskipun seperti mimpi percakapan terakhir antara Lee dan Arthur "benar-benar terjadi."

5. Arthur bisa menjadi Joker, tapi ia menolaknya

Arthur Fleck aka Joker (dok. Warner Bros./Joker: Folie à Deux)

Arthur memiliki kesempatan untuk menjadi sosok "Pangeran Kejahatan Gotham" sepenuhnya. Namun, iia memilih untuk tidak mengambil peran tersebut. Pengakuannya di persidangan bahwa dia bukan Joker menunjukkan bahwa Arthur tidak ingin lagi menjadi simbol kekacauan. Ia menolak persona tersebut, dan berdamai dengan dirinya.

Ingat film pendek yang diputar di awal film berjudul "Me and My Shadow"? Kartun itu menunjukkan Arthur yang berpakaian seperti Joker. Lalu, bayangan Arthur muncul, memakai riasan Joker, dan mengunci Arthur. Ia membuat kekacauan dan mempermalukan Arthur di TV. Saat polisi datang, bayangan tersebut menghilang.

Sedari awal, kita diberitahu kalau Joker tidak pernah baik untuk Arthur. Joker selalu mengendalikan Arthur, bukan sebaliknya. Seperti orang dengan gangguan mental lainnya, Arthur juga butuh bantuan. Namun, banyak yang tidak mengerti maksudnya.

6. Benarkah Joker 2 dimaksudkan untuk menghina incel?

Joaquin Phoenix di film Joker (dok. Warner Bros./Joker)

Sejak perilisan Joker di tahun 2019, banyak incel (involuntarily celibate) yang mengaku terinspirasi olehnya. Mereka adalah sekumpulan pria yang marah pada wanita yang menolak mereka, sering berfantasi tentang kekerasan bahkan pembunuhan. Arthur pun dijadikan simbol mereka yang kesulitan menjalin hubungan sosial dan romantis.

Dalam Joker: Folie à Deux, hal ini kembali mencuat. Namun, film ini tidak serta-merta menghadirkan Arthur sebagai pahlawan bagi komunitas incel. Hubungan Arthur dan Lee bukanlah representasi dari fantasi romantis atau heroik, melainkan gambaran tentang keterasingan dan obsesi yang berujung pada kehancuran mental seseorang.

Film ini lebih berfokus pada penggambaran masalah mental Arthur dan penolakannya terhadap persona Joker. Pada akhirnya, Folie à Deux tak hanya berlaku pada Arthur dan Lee saja, melainkan kepada Jokerhead di Kota Gotham dan para incel di luar sana.

7. Apakah Joker 3 bakal digarap?

Todd Phillips dan Joaquin Phoenix di set Joker (dok. Warner Bros./Joker)

Akhir dari Joker: Folie à Deux meninggalkan ruang untuk spekulasi tentang kelanjutan cerita Joker. Beberapa teori penggemar menyebutkan bahwa kematian Arthur hanyalah awal dari kisah baru, dengan sosok Joker yang asli di film berikutnya.

Sutradara Todd Phillips tidak memberikan konfirmasi mengenai rencana ini, karena Joker: Folie à Deux adalah proyek terakhirnya di DC Elseworlds. Namun melihat dari kehancuran box office dan serangan kritik di internet, kemungkinan digarapnya Joker 3 menjadi semakin tipis.

Dengan akhir yang penuh ambiguitas, Joker: Folie à Deux memberikan penonton lebih dari sekadar kisah asal-usul villain ikonik. Film ini adalah eksplorasi mendalam tentang kesehatan mental. Joker: Folie à Deux kini sedang diputar di bioskop Indonesia.

Editorial Team