Adeline (dok. Netflix/Monster: The Ed Gein Story)
Semakin hari, kondisi fisik Ed Gein makin lemah. Ia mudah lelah, sering batuk berdarah, kerap tertidur dan harus menghabiskan waktu sehari-hari di atas kursi roda. Setelah menjalani pengecekan kesehatan, Ed Gein diketahui mengidap kanker paru-paru stadium 4. Ia hanya punya waktu beberapa bulan saja untuk hidup.
Adeline akhirnya mengunjungi Ed Gein di rumah sakit jiwa. Sudah sangat lama ia tidak muncul, bahkan tidak pernah muncul sama sekali selama Gein ditangkap. Adeline menjadi satu-satunya orang yang ditunggu oleh Gein selama ini. Cintanya kepada Adeline murni, bukan khalayan, bukan imajinasi. Ketika Adeline berencana meneruskan aksi Ed Gein dalam membunuh orang, Ed langsung mencegahnya, bilang bahwa Adeline terlalu berharga untuk melakukan tindakan kejam tersebut.
Adegan akhir ditutup dengan gambaran fantasi terakhir Ed Gein. Di mana, ia didorong menggunakan kursi roda melalui lorong rumah sakit. Selama perjalanan tersebut, ada perawat serta Ted Bundy, Jerry Brudos hingga Richard Speck hadir di sana menyelamatinya seperti memberikan penghormatan terakhir.
Saat kursi rodanya berhenti didorong di dekat tangga, ia melihat di atas tangga tersebut ada sosok ibunya. Ed Gein menghampiri, melakukan percakapan dengan ibunya. Ia mengaku siap untuk menyusul sang ibunda, kembali ke pelukannya.
"Edie, kamu telah membuat kami para Gein bangga, aku gak bisa lebih bangga dari pada ini," ujar sang ibunda kepada Ed Gein.
Ed Gein dimakamkan di satu area dengan makam sang ibunda. Kepergiannya memberikan banyak pengaruh, termasuk inspirasi di balik film-film horor-thriller mengerikan semacam Psycho (1960), The Silence of the Lambs (1991), hingga The Texas Chain Saw Massacre (1974).