Cuplikan adegan di film Materialists (dok. A24/Materialists)
Sayangnya, banyak penonton yang tidak setuju dengan esensi film ini. Bahkan, menyebutnya sebagai "broke man propaganda". Menanggapi hal ini, Song mengaku kecewa. Baginya, label tersebut menunjukkan kebencian terhadap orang miskin yang diarahkan pada film dan karakter John.
"(Komentar) itu tidak membuat saya tertawa, karena sungguh mengecewakan. Saya rasa ada kebingungan yang sangat jelas tentang feminisme dan sejarah feminisme. Melalui interseksionalitas, banyak feminisme yang berkutat tentang anti-korporatisme dan anti-kapitalis, dan tentu saja, feminisme selalu berada di garda terdepan dalam melawan kapitalisme," ujarnya dalam wawancara melalui TikTok dengan akun @refinery29.
Song menegaskan bahwa kemiskinan bukanlah kesalahan orang miskin. Ia prihatin dengan cara sebagian audiens yang memandang John sebagai "pria gagal" hanya karena kondisi ekonominya, bukan karena usahanya untuk membahagiakan pasangannya.
"Hal yang sangat penting bagi saya adalah menekankan bahwa kemiskinan bukanlah salah orang miskin. Dan saat mengingatnya, hal itu terdengar sangat brutal. Saya merasa sangat kejam jika menyebut John sebagai karakter yang mencintai Lucy, yang merupakan karakter cakap dan diperankan dengan sangat baik oleh Chris (Evans), dengan istilah kejam seperti "bocah miskin" atau "pria miskin," tegasnya.
Bagi Song, kritik tersebut menunjukkan bagaimana kapitalisme sudah merusak cara kita menilai cinta dan manusia. Materialists, kata Song, adalah upaya untuk melawan logika itu, bahwa cinta seharusnya tidak ditentukan oleh isi dompet, melainkan oleh perasaan dan pilihan pribadi.
"Ada sesuatu tentang klasisme, semacam kebencian terhadap kemiskinan, kebencian terhadap orang miskin, yang, sekali lagi, bukan salah mereka kalau mereka miskin. Saya pikir itu adalah dampak meresahkan dari cara orang kaya merasuki hati kita tentang bagaimana itu salah kita kalau kita miskin, kita jahat kalau kita miskin. Jadi, sebenarnya itu tidak membuat saya tertawa," tutupnya.