A Big Bold Beautiful Journey (dok. Columbia Pictures/A Big Bold Beautiful Journey)
Pusat cerita film ini, Sarah dan David, adalah dua karakter yang enggan berkomitmen dan lebih suka menyendiri. Jika diumpamakan dengan istilah terkini, keduanya memiliki avoidant attachment. Sialnya, kedua orang ini "bertemu" di pernikahan temannya.
Jika dilihat sekilas, chemistry keduanya terlihat mengalir, terutama ketika dialog kaku yang coba dihidupkan dengan gestur dan tatapan penuh kecanggungan. Farrell yang sebelumnya bekerja sama dengan Kogonada di After Yang jelas paham bagaimana menginterpretasikan keheningan. Sementara itu, Robbie memberikan lapisan emosi yang lebih liar pada Sarah.
Sayang, kekuatan akting keduanya teredam oleh naskah Reiss yang tidak cukup dalam untuk menopang dua karakter itu. Hubungan Sarah dan David terasa mengambang; menarik dilihat, tetapi sulit untuk diyakini. Bahkan ketika ada momen romantis yang seharusnya menjadi inti emosional, film ini gagal membuat penonton peduli pada kelanjutan hubungan keduanya.
Chemistry Farrell dan Robbie memang kuat, tetapi tidak cukup untuk menutupi keterbatasan narasi. Sebagai penonton, kita bisa menikmati kehadiran mereka. Namun sebagai pasangan, Sarah dan David tidak benar-benar meyakinkan.