Ceritanya berlatar waktu dua tahun setelah peristiwa di film Captain America: Civil War (2016). Pertengkaran ideologi -dan juga fisik- antara Iron Man dengan Captain America berakibat buruk bagi Scott Lang alias Ant-Man (Paul Rudd). Kini, ia menjadi tahanan rumah karena dianggap bersekutu dengan Steve Rogers dan hal tersebut melanggar Perjanjian Sokovia. Menjelang kebebasannya, Scott malah diajak Hope van Dyne (Evangeline Lilly) dan Hank Pym (Michael Douglas) untuk ikut dalam suatu misi penting.
Jika ditanya apa yang menjadi ciri khas film Ant-Man, jawabannya adalah kesederhanaan. Hal tersebut seakan disesuaikan dengan kepribadian Scott yang juga tidak neko-neko. Apabila dibandingkan dengan rekan sejawatnya, sebut saja Tony Stark, Steve Rogers, dan Thor yang lekat dengan gambaran pria alfa (alpha male), Scott lebih merangkul citra pria santai yang menyenangkan diajak berteman. Para penulis naskah film ini sepertinya sadar betul akan nuansa Ant-Man yang membumi. Buktinya, penyajian cerita tidak pernah terasa berlebihan meski pun risiko yang dihadapi para karakternya naik tingkat. Hasilnya adalah sebuah narasi seru yang nyaman diikuti dari awal hingga akhir.