Beauty and the Dogs (dok. MUBI/Beauty and the Dogs)
Pengalaman "horor" Mariam sengaja dikemas Ben Hania pakai teknik one-shot dengan dramatisasi di beberapa bagian hingga terkesan teatrikal. Namun, itu tak mengurangi relevansi alias kedekatannya dengan realitas. Seperti kita tahu, budaya menyalahkan korban masih jadi batu penghalang buat para penyintas pelecehan seksual. Alih-alih melapor, menceritakannya ke orang terdekat saja berarti siap dihakimi.
Tak hanya terasa lekat dengan pengalaman penyintas kekerasan seksual, teknik gaslighting atau memanipulasi psikologis seseorang sudah sering dipakai aparat negara untuk membungkam kritik dan menghindar dari tanggung jawab. Pengalaman dimanipulasi secara psikologis oleh aparat negara tentu bukan pengalaman eksklusif 1 atau 2 orang. Yakin, deh, banyak orang pernah merasakannya. Ini yang bikin Beauty and the Dogs layak disebut karya sinematik yang menjalankan muruahnya sebagai penyebar ide, informasi, sekaligus sarana kritik.
Atas pengalaman sinematik dan kritik pedasnya, film Beauty and the Dogs layak dapat skor 4/5. Ini sejalan dengan pengguna beberapa situs pengulas film yang juga tak pelit memberi nilai tinggi buat film jebolan Cannes tersebut.