Bukan hanya sekadar perjanjian, ternyata Nyai meminta nyawa. Di situlah Rosma berjuang melawan dan mempertahankan diri kalau dia tidak mau menyembah Nyai atau melanjutkan perjanjian neneknya. Dibantu sang kekasih, Reno, Rosma mencoba tetap tegar menghadapi teror yang tidak habis-habis. Lalu, siapakah keturunan Nenek yang akan melanjutkan perjanjian itu? Apakah memang harus Rosma yang mengorbankan dirinya?
Karena ini film bagian kedua dari trilogi berjudul sama, jadi rasanya tidak mungkin kalau tidak dibandingkan dengan yang pertama. Di part pertama, premis yang dibangun sudah cukup kuat dengan penyampaian ide cerita yang matang. Dalam artian, alur dan jalan ceritanya itu jelas sehingga film ini tidak ke sana-kemari semaunya sendiri. Hanya akting pemain yang kurang matang saja membuat part pertama jadi tidak bisa terkirim dengan baik.
Sedangkan film part kedua ini bisa dibilang kacau dalam segi premis. Ide cerita tidak matang membuat penyampaian ke belakang juga berantakan. Alih-alih merasa takut, penonton jadi lebih ingin menuntut tentang kejelasan jalan ceritanya. Kenapa keturunan Nenek harus menyembah Nyai, perjanjian apa yang sudah dilakukan Nenek dan Nyai, serta ilmu apa yang diterima Nenek dari Nyai juga tidak dijelaskan sama sekali.
Akting para pemeran utama juga bisa dibilang tidak membantu. Jangan lupakan tentang beberapa part tidak masuk akal yang dipaksa dimasukkan. Contohnya ketika Rosma baru bangun pagi dan masih mengenakan piyama, dirinya malah masih menggunakan make up lengkap. Ketidak telitian ini sangat terlihat sehingga film jadi tidak natural. Beberapa kesalahan lain seperti sinematografi yang terlalu banyak goyang, persis seperti menonton video vlog amatiran.
Bicara tentang sebuah karya, pasti hubungannya dengan selera masing-masing orang. Kalau kamu termasuk orang yang penakut, bisa menjadikan film ini sebagai tontonan dan menguji apakah ini menyeramkan atau tidak bagimu. Dari kesimpulan di atas, IDN Times memberikan skor 1/5 untuk Arwah Tumbal Nyai Part Nyai.