Berbagai perlawanan dilakukan Minke dan Nyai Ontosoroh. Keluar masuk pengadilan, berurusan dengan pengacara, sampai menulis berbagai artikel untuk menyuarakan pendapatnya pun dilakukan Minke. Sebagai pribumi, dirinya dan Nyai berusaha sekuat tenaga melawan para Belanda keji yang mencoba menindas dan merebut kebahagiaan mereka.
Buat kamu yang sudah baca bukunya, dipastikan gak akan kecewa saat nonton film ini di bioskop. Berdurasi 3 jam, Bumi Manusia dijamin akan membuatmu ketagihan untuk nonton lagi dan lagi dan bahkan ingin juga segera baca kelanjutannya tetralogi Buru lainnya yakni Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca.
Terlihat sekali Hanung Bramantyo dan seluruh personel yang terlibat bekerja keras dalam film ini. Merupakan film kolosal yang melibatkan begitu banyak orang, Bumi Manusia mampu disajikan secara rapi, minim kesalahan dan pastinya, membekas di ingatan.
Mulai dari Iqbaal, sebagai Minke, yang mampu membuktikan kemampuan aktingnya jauh lebih matang dan berkarakter serta menghidupkan sosok Minke yang selama ini hanya bisa kita angan-angankan saja saat membaca bukunya.
Mawar Eva de Jongh, sebagai Annelies, yang mendalami peran dengan sosok innocent, lugu, manja, polosnya yang begitu natural. Adegan terakhir film ini merupakan ujung tombak keberhasilan Mawar sebagai Annelies.
Hans de Kraker, sebagai Jean Marais, si pemilik semua kata-kata mutiara di Bumi Manusia, secara mengejutkan bisa membawakan sosok Jean yang bijak dengan baik. Representasi yang hampir mendekati gambaran pada buku, seniman sejati, kaki yang hanya tinggal satu, cinta sejati yang pergi, semua pas!
Pram tidaklah kekurangan bahan sehingga menggunakan pemeran pembantu sebagai pajangan dalam bukunya, itu juga yang dilakukan Hanung dalam film ini. Dia tidak melupakan detail itu, bahwa semua nama yang muncul di Bumi Manusia memiliki nyawa penting yang ceritanya pantas disampaikan. Sebut saja Darsam, Mardiah, Suurhorf, Robert dan Herman Mellema, bahkan May Marais, memiliki arti penting dalam setiap jalan cerita.
Apalagi Ine Febriyanti, yang menjadi primadona sesungguhnya dari keseluruhan film Bumi Manusia. Tatapannya, cara bicaranya, perilakunya, bahkan gesturnya mampu membuat kita sebagai pembaca sekali lagi dibuat terkagum oleh Nyai Ontosoroh. Pemilihan pemain yang tepat dan cerdas!
Karena buku Bumi Manusia merupakan buku dengan bobot yang cukup berat dengan semua alur cerita dan pemain yang sama pentingnya, tentunya bisa dimaklumi kalau filmnya tidak bisa merangkum keseluruhan cerita satu demi satu. Sebagai contoh, sosok Magda Peters yang juga termasuk salah satu tokoh penting di buku, ternyata tidak terlalu ditonjolkan di filmnya.
Tak ingin spoiler tapi ingin kamu segera nonton filmnya, mari kita akhiri review singkat ini dengan memberikan skor 4.5/5 untuk Bumi Manusia. Jangan lupa nonton di bioskop pokoknya!