cuplikan film Getih Ireng (Instagram.com/hitmakestudios)
Salah satu kekuatan utama dari film ini adalah bagaimana elemen teknis, seperti pergerakan kamera, efek suara, dan koreografi pertarungannya saling bersinergi dengan mulus, sehingga sukses membangun atmosfer yang tegang dan mencekam, yang konsisten meningkat.
Pada puncaknya, perpaduan elemen tersebut menciptakan pertarungan klimaks yang tidak hanya tergambar sadis, tetapi juga brutal karena terbilang cukup berani dalam mendobrak batasan dan ketegangan yang menguji psikologis. Bagi penonton yang tidak kuat, kemungkinan akan merasa ngilu hingga mual-mual. Namun, saat press screening ini, adegan klimaks tersebut justru disambut tepuk tangan yang meriah. Bahkan beberapa penonton melempar kata “Wow”, menandakan bahwa film ini telah meninggalkan kesan yang mendalam.
Sebelumnya, Getih Ireng menceritakan tentang pasangan suami istri muda bernama Rina (Titi Kamal) dan Pram (Darius Sinathrya) yang sangat mendambakan anak. Namun, karena kiriman santet, Rina jadi sulit mempertahankan kehamilannya. Nah, menurut Jeropoint sendiri, poin sadis dalam film ini tidak hanya diukur dari adegan gore-nya saja, tetapi kisah seorang ibu yang harus menyaksikan penderitaan anaknya sendiri juga menjadi hal yang membuat film ini menjadi sangat sadis.