Masih di tempat yang sama, Ateng dan Agus menyadari jika keduanya adalah saudara kembar. Lewat sebuah foto, mereka sepakat mempertemukan sosok yang diyakini orangtuanya dan mencari tahu kebenarannya di masa lalu. Lalu, bisakah Ateng dan Agus menjalankan misinya?
Tentu saja, hal penting yang harus ada dalam film komedi adalah lelucon. Sementara itu, film keluarga harus punya banyak nilai yang bisa ditanamkan ke anak. "Lagi-Lagi Ateng" berhasil meramu keduanya menjadi satu resep yang pas. Tak mengherankan jika sepanjang film, tak cuma tawa saja yang merebak. Sensasi haru pun turut menggelegar dari dalam dada.
Peran Augie Fantinus dalam film ini, dapat dikatakan sangat maksimal. Bagaimana tidak? Ia dituntut menjadi sosok yang kekanak-kanakan dan dewasa sekaligus. Sementara itu, Soleh Solihun pun berhasil membawakan karakter orang Jawa dengan sifat yang konyol dan ganjen sekaligus.
Alur cerita film ini tidak terlalu cepat, namun tak juga dibuat-buat lambat. Tak sekedar bergenre keluarga dan komedi, sedari awal film ini ditujukan sebagai tribut untuk Ateng dan Iskak. Memori penonton, khususnya orangtua akan kedua komedian ini perlahan-lahan membuat nostalgia akan masa kecil mereka yang menyenangkan.
"Lagi-Lagi Ateng" jadi bukti kalau film komedi tak harus memiliki unsur-unsur yang vulgar atau mengorbankan fisik seseorang. Sebaliknya, film komedi juga bisa ramah anak-anak dan layak merekatkan hubungan sekeluarga. Salut buat film karya Monty Tiwa ini! IDN Times kasih skor 4/5! Buat pembaca, jangan sampai ketinggalan nonton mulai 10 Januari nanti ya!