Review Kelebihan dan Kekurangan Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal

Jakarta Film Week (JFW) 2024 resmi dibuka dengan penayangan film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal (Goodbye, Farewell) dari Adhya Pictures pada Rabu (23/10/2024) di CGV Grand Indonesia, Jakarta. Disutradarai Adriyanto Dewo, dengan bintang Putri Marino dan Jerome Kurnia, film ini angkat isu ghosting yang cukup relevan di era modern.
Seiring perkembangan cerita, penonton disuguhi pengalaman visual yang berbeda dari biasanya, lengkap dengan penampilan akting yang kuat dari para pemerannya. Penasaran dengan kelebihan dan kekurangan yang disajikan film ini? Simak review film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal di bawah ini!
1. Bawa isu ghosting ke layar lebar
Sampai Jumpa, Selamat Tinggal menyentuh tema ghosting dengan menghadirkan Wyn (Putri Marino) yang ditinggalkan tanpa alasan oleh pacarnya, Dani (Jourdy Pranata). Tindakan Dani pun mendorong Wyn untuk pergi ke Korea Selatan demi mencari closure atas perpisahan yang menggantung ini.
Melalui kisah pencarian Wyn, film ini mencoba menggambarkan dampak buruk dari pengabaian sepihak dan perasaan yang muncul ketika pasangan pergi begitu saja. Film ini juga menggambarkan fenomena orang-orang yang melarikan diri ke luar negeri, bahkan sampai berganti identitas demi menghindari masalah.
2. Sajikan visual yang segar dan berbeda
Salah satu daya tarik utama film ini adalah visual yang kuat dengan latar sudut-sudut Korea Selatan yang gloomy. Alih-alih menonjolkan sisi romantis dan gemerlap Negeri Ginseng, Sampai Jumpa, Selamat Tinggal menyoroti lokasi-lokasi seperti klub malam yang remang, jalanan sepi, serta toko-toko yang mulai usang.
Latar ini tidak hanya memperkuat suasana cerita yang penuh misteri dan duka, tetapi juga memperlihatkan realita keras yang sering dialami para imigran dan masyarakat kelas menengah bawah di sana. Sinematografi ini memberikan kesan unik yang berbeda dari kesan "cerah" Korea Selatan yang sering ditampilkan di layar lebar.
3. Akting yang solid dari para pemerannya
Putri Marino dan Jerome Kurnia berhasil menunjukkan penampilan yang solid dalam mendalami karakter mereka. Putri berhasil menyampaikan emosi Wyn yang diliputi rasa kehilangan dan penasaran, sementara Jerome sebagai Rey menghadirkan ketegangan sebagai imigran ilegal yang hidup dalam bayang-bayang ketakutan.
Keduanya mampu menghadirkan dinamika yang menarik, terutama dalam adegan-adegan yang menunjukkan kerentanan masing-masing. Karakter pendukung lainnya, seperti Dani, Vanya (Lutesha), dan Anto (Kiki Narendra), juga membawa warna tersendiri yang memperkaya narasi.
4. Isu yang diangkat kurang mendalam
Meskipun Sampai Jumpa, Selamat Tinggal membawa tema yang cukup kompleks, pengembangan isu ghosting di dalamnya justru terasa kurang mendalam. Hubungan Wyn dan Dani yang menjadi inti cerita tidak diberi latar belakang yang kuat, sehingga sulit bagi penonton untuk memahami mengapa Wyn begitu terobsesi untuk menemukan Dani.
Akibatnya, beberapa konflik emosional yang seharusnya bisa digali lebih dalam menjadi terasa hambar. Penonton mungkin merasa sulit merasakan sepenuhnya rasa sakit dan kegelisahan Wyn, yang seharusnya menjadi daya tarik utama cerita.
5. Stereotipe "abang-abangan" yang terbawa sampai ke luar negeri
Film ini juga menghadirkan karakter Rey dengan stereotipe "abang-abangan" yang kadang terasa berlebihan. Selain itu, tidak ada latar belakang alasan mengapa ia menjadi imigran gelap di sana. Hal ini membuat beberapa interaksinya terkesan datar, sehingga gagal mengangkat sisi emosional dari karakter Rey.
Secara keseluruhan, Sampai Jumpa, Selamat Tinggal adalah film yang menawarkan visual apik dengan tema relevan, tapi gagal memberikan eksplorasi emosional yang dalam. Meski begitu, film ini tetap layak ditonton bagimu yang ingin menyaksikan sisi lain Korea Selatan dan merasakan kisah tentang hubungan yang putus tanpa kata pamit.