Di rumah sakit itulah, Adinda yang harusnya melahirkan anak pertamanya pada malam satu suro mempertaruhkan nyawanya. Ada banyak sekali gangguan dan kejadian aneh yang dia rasakan. Bayu juga merasa diganggu sehingga dirinya yakin harus mengeluarkan sang istri dari situ. Ketiga nyawa mereka terancam, bisakah mereka semua selamat?
Secara keseluruhan, Satu Suro bisa dibilang film horor yang berisik. Kamu yang gak terlalu suka dengan suara bising, film ini bukan film yang akan membuatmu nyaman. Belum lagi Anggi Umbara lagi-lagi mengulang pola yang sama dalam setiap film horor garapannya yakni efek suara orang kerasukan yang jatuhnya malah lucu sekali. Skoring yang tidak natural menjadi alasan Satu Suro malah tidak terasa kengeriannya.
Sinematografi yang tidak stabil harusnya perlu diperhitungkan. Dari setengah film sampai akhir, penonton akan pusing kalau melihat film yang lebih mirip vlog seperti itu. Beberapa make up hantunya juga tidak konsisten mengingat mereka semua mati karena terbakar. Sangat disayangkan, film ini belum bisa memberikan kesan horor itu sendiri melalui jalan ceritanya yang dipenuhi plot hole dan bisa dibantah.
Jalan cerita yang mudah ditebak memang agak menyebalkan mengingat genre film ini adalah horor. Namun, ada yang perlu diapresiasi yakni akting para pemeran utamanya yakni Citra Kirana dan Nino Fernandez yang natural.
Belum ada gebrakan yang terlalu terasa dari film horor Indonesia yang semakin ke sini semakin begitu-begitu saja. Mulai dari Sesat, Tumbal, Perjanjian dengan Iblis, Kafir, Arwah Tumbal Nyai dan banyak judul film horor yang sudah tayang sebelumnya, cerita yang diusung selalu saja tentang perjanjian dengan setan dan tumbal-menumbal, klise dan bisa ditebak.
Buat kamu yang suka nonton film horror, bisa jadi film ini akan membuatmu ngantuk atau malah malas melanjutkan sampai akhir. Tapi buat kamu yang ingin mencoba, bisa menonton Satu Suro langsung di bioskop. Satu Suro bikin kaget, sih, tapi gak nyeremin. Untuk itu, IDN Times memberikan skor 1/5 untuk film Anggi Umbara ini.