Setelah membawa pulang seorang bocah dari hutan, hidup mereka yang tadinya adem ayem berubah jadi berantakan. Teror gaib selalu mendatangi bahkan mengancam nyawa mereka satu persatu. Ternyata, tanpa sadar kedatangan mereka ke hutan tersebut adalah pembuka jalan gaib untuk masuk ke dunia manusia.
Pembagian karakter pemain bisa dibilang tepat dan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Walau banyak pemain baru, namun mereka cukup bisa menguasai lapangan dan memerankan tokohnya dengan baik. Dalam hal ini, usaha Angga Yunanda dan Isel Frisella patut diapresiasi.
Tapi, ada banyak sekali plot hole yang bikin film ini jadi punya banyak hal untuk dikritik. Apalagi skoring yang berlebihan sukses membuat Tabu cukup berisik dan gagal dinikmati keseramannya. Jalan cerita yang tidak mulus juga bikin penonton jadi bertanya-tanya serta sebal, bukannya malah ketakutan atau kepikiran.
Sebagai contoh, hantu yang digambarkan sangat kuat dan tak terkalahkan sejak awal, bisa langsung terbakar dengan pembacaan doa. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa tidak sejak dulu saja doa itu dibacakan dan sampai harus menunggu bertahun-tahun dulu? Ada pertentangan dalam hal ini mengingat hantu tersebut sudah bertahun-tahun memakan korban.
Premis yang dibuat tidak sepenuhnya berhasil dikembangkan, akhir yang tidak sinkron dan horor yang membosankan cenderung bikin ngantuk. Agak disayangkan mengingat sinematografinya cukup rapi. Semua kejanggalan tersebut membuat IDN Times harus memberikan skor 1/5 untuk film Tabu ini.