Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Poster film Thunderbolts* (dok. Marvel Studios/Thunderbolts*)
Poster film Thunderbolts* (dok. Marvel Studios/Thunderbolts*)

Thunderbolts* (2025) tiba sebagai angin segar di tengah MCU yang sedang mencari arah baru. Dibuat dengan sentuhan tim di balik proyek-proyek ternama A24, film ini menggali sisi gelap anti-hero, menghadirkan aksi, humor, dan narasi mental health.

Lantas, apa saja kelebihan dan kekurangan film ini? Mari simak penjelasannya, sekaligus alasan mengapa Thunderbolts* menjadi salah satu film MCU terbaik dekade ini!

1. Florence Pugh yang bersinar sebagai Yelena

Thunderbolts* (dok. Marvel Studios/Thunderbolts*)

Florence Pugh sekali lagi mencuri perhatian sebagai Yelena Belova, saudara tiri Black Widow sebelumnya (Natasha Romanoff). Penampilannya membawa kedalaman pada karakter yang bergulat dengan trauma, sekaligus rasa sedih akibat kehilangan.

Pugh terus menonjol di setiap adegan, baik saat melempar humor sarkas ke anggota lainnya atau menangis di tengah konflik. Sosok Yelena yang kadang kekanak-kanakan semakin memperkuat dinamika kelompok, membuatnya jadi MVP di film ini.

2. Tampilkan sisi gelap dari superhero

Thunderbolts* (dok. Marvel Studios/Thunderbolts*)

Berbeda dari film MCU biasanya, Thunderbolts* menyoroti "pecundang yang gagal" dan "orang buangan" seperti John Walker, Red Guardian, dan Ghost. Film ini menyoroti sisi manusiawi mereka yang penuh cela, ragu, tapi terus berupaya untuk menebus kesalahan mereka.

Pendekatan "mentah" inilah yang justru membuat mereka relate dengan penonton. Thunderbolts bukan pahlawan nircela, tapi itulah yang membuat cerita ini begitu menyentuh.

3. Bawa isu mental health lewat karakternya

Thunderbolts* (dok. Marvel Studios/Thunderbolts*)

Di balik aksi dan ledakan, Thunderbolts* berani menyelami isu kesehatan mental, dengan setiap karakter membawa beban trauma masing-masing. Lewis Pullman menjadi pusat narasi ini, mewakili kekosongan emosional lewat karakternya, Bob (Sentry/Void).

Sepanjang film, kita melihat bagaimana rasanya berperang dengan diri sendiri, dengan pertanyaan "Apakah aku sudah cukup?" Pada akhirnya, membicarakan luka adalah langkah pertama menuju self-healing, bahkan ketika "alter ego" kita coba memperburuk proses tersebut.

4. CGI mulus dan scoring yang emosional

Thunderbolts* (dok. Marvel Studios/Thunderbolts*)

Visual Thunderbolts* adalah pesta untuk mata, terutama dalam adegan aksi praktikal yang kental dengan vibes Marvel era dulu. Adegan pertarungannya dirancang dengan intensitas tinggi, sedangkan scoring-nya memperkuat momen-momen dramatis.

Setiap frame dirancang dengan presisi, melahirkan adegan-adegan keren yang berpadu apik dengan narasi untuk menciptakan pengalaman sinematik yang tak terlupakan.

5. Alasan harus nonton Thunderbolts*

Thunderbolts* (dok. Marvel Studios/Thunderbolts*)

Thunderbolts* adalah perpaduan sempurna antara aksi, humor, dan drama yang menyentuh jiwa, membuatnya sebagai salah satu film MCU terbaik di dekade ini. Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023) mungkin film terdekat yang memiliki nuansa serupa.

Ceritanya yang berfokus pada penebusan dosa dan self-acceptance terasa relevan, sementara chemistry tim yang disfungsional tapi hangat menciptakan ikatan unik dengan penonton. Ini adalah kisah tentang bagaimana menemukan secercah cahaya di tengah kegelapan.

Jangan lewatkan Thunderbolts* di bioskop Indonesia. Pastikan kamu tetap duduk hingga kredit akhir bergulir untuk melihat dua kejutan dari MCU, ya!

Editorial Team