Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kaiju No. 8 (dok. Productions I.G./Kaiju No. 8)

Kaiju No. 8 (2024) baru saja merilis episode terakhirnya pada Sabtu (29/6/2024). Ia diakhiri dengan adegan yang konklusif, tapi juga disertai sequel hook untuk musim kedua. Anime ini sukses memberikan impresi yang manis, khususnya untuk pencinta genre laga.

Kaiju No. 8 memang adalah salah satu anime laga terbaik musim ini. Meski ceritanya tak istimewa, ia menawarkan banyak hal lain yang bikin banyak penonton kecantol. Penasaran bagaimana penilaian penulis untuk anime Kaiju No. 8? Yuk, simak review Kaiju No. 8 di bawah ini! Simak sampai akhir, ya, siapa tahu kamu jadi tertarik buat langsung nonton.

1. Kaiju No. 8 bercerita tentang manusia yang dapat berubah menjadi monster yang harusnya jadi musuh, cerita yang sudah klise

para anggota JAKDF (dok. Productions I.G/Kaiju No. 8)

Kaiju No. 8 menceritakan tentang Kafka Hibino, seorang pemuda yang mendapat kekuatan untuk berubah menjadi kaiju. Ia akhirnya bergabung dengan The Japan Anti-Kaiju Defense Force (JAKDF) untuk memerangi para kaiju yang tanpa henti menyerang umat manusia. Ia punya konsep yang menarik tentang peperangan umat manusia melawan monster.

Sayangnya, tema tersebut sudah terlalu klise. Sudah banyak karakter utama yang dapat berubah menjadi monster yang harusnya menjadi musuh, misalnya dalam anime Attack on Titan (2013), Kabaneri of the Iron Fortress (2016), dan Tokyo Ghouls (2014). Ini membuat minat untuk menonton jadi sedikit berkurang. Alur ceritanya juga klise dan mainstream. Salah satu hal yang bikin anime ini menjadi cukup populer ialah laju alurnya yang selalu menciptakan adegan hype hampir tiap episodenya.

Meski premis ceritanya sudah cukup biasa, Kaiju No. 8 masih berhasil mencuri perhatian dengan berbagai keseruan di dalamnya. Ia tidak terlalu serius dan edgy seperti Attack on Titan dan Tokyo Ghoul. Kaiju No. 8 dapat menggabungkan dengan seimbang antara cerita, aksi, dan komedi.

2. Terlalu fokus membuat adegan aksi yang megah, pengembangan karakter Kafka Hibino kurang diperhatikan

Editorial Team

EditorYudha

Tonton lebih seru di