Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
still cut serial Shine (x.com/Shine_TheSeries)
still cut serial Shine (x.com/Shine_TheSeries)

Sejak diumumkan perilisannya pada bulan Desember 2024, Shine menjadi proyek original WeTV yang langsung meraih antusiasme tinggi. Dua aktor utama yang membintangi serial ini menjadi salah satu alasan terkuat mengapa Shine mencuri atensi. Pasangan populer dari KinnPorsche (2022) yakni Mile Phakphum dan Apo Nattawin didapuk untuk memerankan karakter yang penuh chemistry di serial ini.

Telah memulai penayangannya pada 2 Agustus 2025, episode perdana Shine langsung menjadi trending topic di beberapa negara. Sebab selain aktor yang membintanginya, Shine juga menghadirkan cerita yang unik dan segar bagi dunia hiburan boy’s love Thailand. Berdasarkan episode pertama yang telah tayang, berikut adalah review untuk serial Thailand Shine.

1. Cerita berlatar waktu Thailand di tahun 1969

still cut serial Shine (x.com/Shine_TheSeries)

Episode perdana Shine dimulai dengan sebuah pesta meriah elit politik Thailand untuk merayakan pendaratan pertama di bulan yang dilakukan oleh Neil Armstrong pada 20 Juli 1969. Mereka bersenang-senang dengan gemerlap cahaya lampu dan iringan lagu dari band hippie bernama Moonshine. Tanpa mereka ketahui sekelompok mahasiswa sedang bersiap untuk melakukan aksi protes terhadap kebijakan pemerintah yang menindas rakyat.

Tahun 1969 menjadi latar waktu yang sangat penting dalam serial Shine. Sebab masa itu menjadi titik balik dalam sejarah politik dan sosial Thailand. Mahasiswa melakukan demo dan protes karena menganggap orang kaya dan berkuasa menghabiskan uang untuk sebuah perayaan yang sia-sia. Mereka juga menentang usaha-usaha kapitalis di tengah mereka, seperti pembangunan pembangkit listrik dana bendungan di tanah militer.

2. Karakter di Shine dibawakan oleh artis profesional

still cut serial Shine (x.com/Shine_TheSeries)

Episode perdana serial Shine langsung menampilkan sederet karakter penting yang berpengaruh dalam jalannya cerita. Setiap tokoh yang ditampilkan langsung berasa hidup dengan karakteristiknya sendiri. Seperti Apo Nattawin yang berperan sebagai Trin, ia berhasil menampilkan sosok berpendidikan dengan tampilan rapi yang baru pulang dari Prancis setelah mendapat gelar doktor di bidang ekonomi. Mile Phakphum juga menampilkan kepiawaiannya dalam membawa peran Tanwa, seorang vokalis band yang menyukai kesenangan dan memiliki jiwa romantis.

Selain dua aktor utamanya, sederet pemeran pendukung di serial Shine juga menjiwai karakter masing-masing dengan detail yang luar biasa. Mereka berhasil memainkan peran dengan latar belakang yang berbeda dan kedalaman emosi yang begitu intens. Meskipun semua pemerannya bukan artis profesional, tapi saat menontonnya kita akan disajikan gerakan, tatapan, hingga dialog antartokoh dengan muatan emosional dan dinamika cerita.

3. Gaya visual dan produksi mendukung narasi cerita

still cut serial Shine (x.com/Shine_TheSeries)

Menghadirkan cerita dengan latar tahun 1969, membuat gaya visual serial Shine tampil dengan gaya klasik khas era tersebut. Busana, kendaraan, hingga musik sangat mendukung narasi cerita. Busana, tata rias, properti, musik, hingga color palette divisualisasikan secara detail dan sukses membangkitkan atmosfer masa lalu.

Sinematografi di Shine tidak hanya penuh estetika melainkan digarap dengan penuh perhitungan. Sudut pengambilan gambar, pencahayaan, hingga transisi antaradegan diciptakan selaras dengan suasana cerita yang terkadang melankolis, penuh gairah, dan tegang. Membuat semua elemen ini tidak hanya memperindah tampilan, namun juga memperdalam makna dan menolong penonton dalam menangkap emosi yang tidak selalu dihadirkan dalam dialog.

4. Namun, kedalaman cerita Shine belum terlihat di episode pertama

still cut serial Shine (x.com/Shine_TheSeries)

Meski Shine menampilkan visual yang memukau dengan menjanjikan premis yang menarik. Episode pertama masih terasa dangkal dalam mengarahkan alur cerita ke tujuan yang lebih jelas. Beberapa konflik diperkenalkan secara samar, namun benang merah antara gejolak politik dan romansa belum terlihat. Hal ini membuat penonton terasa bingung bagaimana cerita akan diarahkan.

Setiap karakter berhasil diperkenalkan dengan gaya menarik, namun hubungan di antara mereka masih terkesan kabur. Pace yang terkesan lambat tidak berhasil memberikan kesan naratif yang solid dan justru lebih banyak menyajikan rasa ingin tahu, hingga saat menontonnya kita tidak terikat emosional dan memahami kedalaman cerita. Walaupun begitu, pace yang pelan ini mungkin saja cara serial Shine dalam membangun kompleksitas cerita untuk episode berikutnya.

Cerita Shine akan terus berkembang seriring berjalannya episode. Meskipun episode perdananya masih mempunyai kekurangan, Shine sangat layak untuk ditonton. Sebab serial ini mempunyai premis cerita yang menarik terkait sejarah politik yang terjadi di Thailand pada masa lalu. Hanya berjumlah 8 episode, kamu dapat menyaksikan serial Shine setiap hari Sabtu di WeTV.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team