Ran, Shuta, dan Kouki mendapatkan panggilan dari Asumi. (dok. CloverWorks/Tokyo 24th Ward)
Berlatar di sebuah distrik dekat Kota Tokyo yang disebut Distrik 24, tiga orang sahabat, yaitu Shuta Aoi, Ran Akagi, Kouki Suidou, sering disebut sebagai RGB karena warna rambut dan kekompakan mereka. Sedari kecil, mereka bertiga selalu bermain bersama dengan adik Kouki yang bernama Asumi dan anak pemilik kedai Okonomiyaki bernama Mari.
Karena rasa keadilannya yang cukup tinggi, Shuta bermimpi untuk menjadi pahlawan. Dengan dukungan dari teman-temannya, mereka pun mulai melakukan banyak hal, salah satunya merenovasi SD Takara agar tidak dirobohkan oleh pemerintah. Sayangnya, dalam proses untuk merenovasi, kebakaran menghanguskan sekolah tersebut dan menewaskan Asumi.
Setahun berlalu dari kejadian tersebut, RGB berpisah dan melakukan kegiatan secara individu. Shuta membantu orangtuanya mengelola toko roti dan meninggalkan impiannya sebagai pahlawan; Kouki menjadi pemagang di kepolisian kota yang disebut SARG; dan Ran memimpin organisasi bernama DoRed yang kerap memenuhi banyak tempat dengan seni grafiti. Mereka bertiga bertemu kembali untuk memperingati setahun kematian Asumi.
Setelah pemakaman, ketiganya menerima sebuah telepon yang anehnya berasal dari Asumi. Melalui telepon, Shuta, Ran, dan Kouki melihat sekilas bencana yang akan terjadi di masa depan. Asumi memberikan mereka dua pilihan yang dapat mengubah masa depan. Sayangnya, kematian selalu ada dalam kedua pilihan yang ditawarkan Asumi.
Dari segi cerita, Tokyo 24th Ward memiliki cerita yang seru dan menarik dengan sentuhan sci-fi berpadu dengan action. Distrik 24 yang modern memanfaatkan teknologi bernama Hazard Cast untuk mencegah bencana dengan memberitahukan rinciannya kepada penduduk. Namun, yang namanya bencana tak selalu bisa diatasi dengan sangat sempurna, beberapa di antaranya bisa saja menelan korban jiwa. Dengan kehadiran Asumi yang misterius setelah kematiannya, berbagai bencana yang terjadi bisa diatasi oleh RGB meskipun mereka tak sepenuhnya menggunakan pilihan Asumi. Shuta, Ran, dan Kouki memilih membuat opsi ketiga dengan tidak perlu ada korban jiwa dalam bencana tersebut. Penyelesaian masalah dan pengembangan cerita dalam anime ini pun dibuat cukup masuk akal meskipun anime ini diawali dengan agak membosankan. Anyway, pertengahan hingga akhir cerita mulai terasa seru, kok, karena serpihan-serpihan cerita akhirnya menyatu layaknya puzzle yang utuh.