Waitress (dok. Searchlight Pictures/Waitress)
Fakta menarik lain dari pasar chick flick adalah keterlibatan sineas pria dalam proses pembuatannya, terutama pada era 1990-an sampai awal 2000-an. Beberapa judul film chick flick yang menguasai pasar seperti My Best Friend’s Wedding, How to Lose a Guy in 10 Days, Uptown Girls, She’s All That, Four Weddings and a Funeral, You’ve Got Mail, Notting Hill, dan lain sebagainya digarap sutradara pria. Sebagai tolok ukur baru, jangan lupa buat mengulik judul-judul film chick flick yang dibuat sutradara perempuan.
Komentar sosial dan representasi karakter perempuan di film-filmbikinan perempuan gak kalah lebih nampol dan akurat. Clueless (1995) karya Amy Heckerling adalah salah satu bukti film chick flick dengan naskah cerdas dan kompleksitas cerita yang tidak bisa dianggap remeh. Saking unik dan inovatifnya, tak banyak yang sadar kalau Heckerling mengadaptasinya dari novel klasik Emma karya Jane Austen.
Coba juga The Waitress (2007) karya Adrienne Shelly. Meski diisi adegan-adegan klise ala film romcom generik, ia menawarkan pesan pemberdayaan yang beda dan segar. Yakni, afirmasi untuk mendorong perempuan berani keluar dari hubungan toksik dan memutus trauma antargenerasi. Pada era 2000-an ketika film itu dirilis, isu-isu macam itu masih cukup tabu dibicarakan. Judul-judul lain seperti But I'm a Cheerleader (Jamie Babbit), Mamma Mia (Phyllida Lloyd), Austenland (Jerusha Hess), dan Party Girl (Daisy von Scherler Mayer) juga layak menyita waktumu.
Jadi, masih berani menganggap chick flick sebagai film remeh dengan kualitas di bawah rata-rata? Coba renungkan lagi, deh. Bukti-bukti di atas harusnya bisa jadi afirmasi buatmu untuk tak lagi malu memasukkan film-film chick flick dalam daftar sinema terbaik yang pernah kamu tonton.