Kini sadar bahwa ia punya basis penggemar, Abdelhamid mulai memanfaatkan platform yang ia miliki untuk melancarkan pesan-pesan aktivisme. Ia mulai merilis lagu-lagu tentang kampung halamannya, Palestina. Melansir wawancaranya dengan Harper Bazaar, ia hendak meluruskan persepsi umum yang menyangka kemelut Israel-Palestina merupakan perang antara dua kekuatan yang seimbang. Padahal, ada okupasi, opresi, migrasi paksa, bahkan upaya genosida di dalamnya.
Tak heran kamu akan menemukan lagu-lagu soal Palestina dan trauma yang ia bawa hingga dewasa. Dalam lagu "Nirvana in Gaza", ia mengkritik cara media Barat memotret Palestina. Ia juga bicara rasanya merasa terasing dan terusir di kampung halamannya sendiri dalam lagu "Tourist" dan "Tell Me I'm Dreaming". Bahkan, ia tak ragu menyindir Israel lewat lagu "Haifa in a Tesla" hingga bicara survivor guilt dalam "Caged Bird Sings".
Pada 2023, ia akhirnya merilis EP berjudul From Gaza with Love seolah mengonfirmasi komitmennya untuk menyuarakan hak Palestina lewat musiknya. Saat akhirnya dapat kontrak rekaman dari label besar, Abdelhamid tak berhenti. Pada Februari 2024, ia merilis lagu kolaborasi dengan rapper cilik, MC Abdul, dengan judul "Deira" yang liriknya terdengar seperti surat cinta untuk Palestina.
Saint Levant jadi bukti kesekian resiliensi warga Palestina. Ia mampu mengubah kesulitan dan trauma yang masih membayanginya jadi musik yang menginspirasi dan mencerahkan.