Gerbang masuk ke Walt Disney Studios di 500 South Buena Vista Street di Burbank, California. (commons.wikimedia.org/Junkyardsparkle)
Selama masa produksi perangkat keras (hardware) Pixar Image Computer, para animator Pixar tidak pernah melupakan impian mereka untuk membuat film layar lebar. Untungnya, salah satu dari sedikit peminat Pixar Image Computer adalah Disney. Pada 1990, studio Disney mengajak Pixar untuk memproduksi sebuah film.
Kedua perusahaan ini sepakat untuk membuat 3 film animasi komputer sekaligus. Namun, kesepakatan ini awalnya memberatkan salah satu pihak. Meskipun Disney akan membiaya produksi Pixar, tapi Disney ingin mendapatkan hak cipta dari karya tersebut, termasuk bagian terbesar dari keuntungan dan hak cipta atas karakter-karakternya.
Setelah kesuksesan Toy Story (1995), Pixar melakukan negosiasi ulang dengan Disney. Pada 1997, kesepakatan baru dibuat, di mana anggaran dan keuntungan akan dibagi rata antara kedua perusahaan, dan Disney juga menerima biaya distribusi. Dengan kesepakatan yang lebih adil ini, Pixar pun memproduksi lima film animasi klasik—A Bug's Life (1998), Monsters Inc. (2001), Finding Nemo (2003), The Incredibles (2004), dan Cars (2006).
Ketika perjanjian tersebut hampir selesai pada 2004, Pixar mengumumkan bahwa perjanjian tersebut gagal diperpanjang lantaran Steve Jobs dan CEO Disney Michael Eisner memiliki hubungan yang tidak baik. Di sisi lain, Jobs masih tidak setuju dengan keputusan Pixar sebelumnya. Namun, Eisner dipecat pada 2005, dan CEO baru Robert Iger berperan penting dalam membuka jalan bagi Disney untuk mengakuisisi Pixar senilai 7,4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp120,7 triliun pada 2006, sebagaimana yang di laporkan LA Times.