Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rasukma saat syuting SEMUSIK di studio IDN (IDN Times/Zahrotustianah)
Rasukma saat syuting SEMUSIK di studio IDN (IDN Times/Zahrotustianah)

Intinya sih...

  • Adel dan Eson menjalani aktivitas sebagai musisi dan karyawan secara paralel.

  • Latihan, konten, dan workshop disesuaikan dengan kebutuhan tanpa jadwal khusus.

  • Pengalaman di agensi dan korporat membantu Rasukma dalam tanggung jawab dan pemasaran diri.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ada yang menarik dari wawancara Rasukma di kantor IDN pada Jumat (22/8/2025). Sebelum kami mulai, Adel, salah satu personel, datang sekitar 2 jam lebih awal, karena harus melakukan meeting secara virtual lebih dulu.

Ternyata, meski sudah masuk ke industri musik, Adel masih menjalani kesehariannya sebagai anak agensi, lho. Begitu juga dengan rekannya, Eson, yang ternyata anak korporat di divisi marketing.

Ini merupakan pertama kalinya duo yang kini bernaung di bawah JUNI Records tersebut berbincang dengan IDN Times. Jadi, dalam artikel kali ini, mari kita berkenalan dulu dengan kedua personelnya yang merangkap sebagai musisi sekaligus karyawan ini.

1. Adel kan bekerja di agensi dan Eson anak korporat. Boleh diceritain aktivitasnya gimana, juggling sebagai musisi dan karyawan?

“Sebenernya memang dari awalnya Rasukma terbentuk itu gak pernah jadi satu-satunya hal yang kami lakukan dalam keseharian. Kayak waktu pertama dibentuk itu kami maba (mahasiswa baru), tahun 2017. Jadi memang pada awalnya, di luar kegiatan kampus dan apa pun hubungannya dengan kampus, kami punya waktu, punya tenaga lebih, ya udah mari berkaryalah gitu.

Dan dari dulu prinsipnya adalah, kalau bisa, musik itu jangan sampai mengganggu kewajiban, dalam tanda kutip. Jadi di situ kewajibannya kuliah. Di samping itu, kalau ada waktu senggang, kami bermusik.

Nah, sebenarnya sekarang pun seperti itulah, kami punya tanggung jawab lain di tempat masing-masing. Dan di luar itu, waktu senggang yang dipunya, tenaga lebih yang dipunya, itu dialurkannya ke musik untuk berkarya, dan untuk berbagi, untuk manggunglah gitu. 

Jadi dari dulu sampai sekarang prinsipnya gak pernah berubah. Yang berubah mungkin hanya kegiatan utamanya apa,” kata Eson mengawali wawancara.

2. Ada waktu khusus gak, sih? Misalnya latihan di hari apa, jam berapa, atau setiap pulang kerja gitu?

Rasukma saat syuting SEMUSIK di studio IDN (IDN Times/Zahrotustianah)

“Sebenernya kalau misalkan latihan, kalau ada kebutuhan yang bersama-sama nih, misalkan bikin konten atau latihan atau workshop dan segala macem, pasti akan disempatkan. Jadi sistemnya kayak janjian aja. ‘Ayo kita mau ada manggung-manggung nih, ayo kita latihan berapa kali,’ misalkan di Bandung gitu.

Atau misalkan ada waktu nih, ‘Ayo kita ngonten,’ kita nyetok konten itu pasti janjian aja, sih. Jadi sesuai apa kebutuhannya, gak ada yang sesaklek itu. Sebenernya kayak oke, hari apa, jam berapa, untuk melakukan apa tuh gak ada. Jadi balik lagi tadi, apa waktu yang kita punya, tenaga yang dimiliki itu yang dialurin ke situ,” jelas pria yang kini sudah menetap di Jakarta itu. Sementara Adel mengaku masih tinggal di Bandung.

3. Sebagai anak agensi dan marketing, kalian kan paham tentang perkontenan. Apakah ini membantu Rasukma sebagai artis untuk mempromosikan diri kalian?

“Pastinya lebih kurangnya ada ya hal-hal yang diimplementasikan dari yang kami pelajari masing-masing di tempat kerja, karena kebetulan itu ya... sama-sama di marketing. Sense marketer-nya tuh tumbuh di sana dan banyak yang diimplementasikan ke Rasukma gitu.

Tapi sebenarnya kalau aku secara pribadi, yang banyak diadopsi dari kantor ke Rasukma itu lebih ke cara kerja dan sense of responsibility gitu-gitu. Rasa bertanggung jawab. Kepemilikan terhadap target, dalam tanda kutip. 

Itu kan kayaknya kalau gak di korporat banget, agak berat ya. Maksudnya kita berangkatnya dari dua anak kuliahan yang pengin bermusik aja. Kalau misalkan selamanya mentalitasnya kayak gitu, mungkin akan susah buat mencapai sesuatu yang lebih, karena gak ada rasa kepemilikan buat kita harus berkembang.

Nah, dengan ada pengalaman di korporat, aku pribadi ngerasa itu membantu untuk punya tanggung jawab yang lebih terhadap apa yang mau dituju gitu,” terang Eson yang diamini rekan duetnya, Adel.

4. Pernah merasa apa yang diterapkan di company works, tapi ternyata di Rasukma tidak gitu, gak?

Rasukma saat syuting SEMUSIK di studio IDN (IDN Times/Zahrotustianah)

“Banget. Itu udah perasaan yang menahun,” Eson dan Adel tertawa.

“Mungkin karena aku kerja di perusahaan yang sudah punya nama, maka objektifnya adalah untuk mempertahankan apa yang sudah dimiliki, sementara di Rasukma kan kami merintis, bukan pewaris, hehehe. 

Dan karena marketing dan ya mungkin in a way sales juga ya, itu kan bukan ilmu eksak ya. Jadi bukan jika A maka B gitu. Apa pun yang dilakukan ‘di kantor,’ diimplementasikan di sini, kami juga gak serta-merta kayak, ‘Pasti hasilnya sama nih kayak di sana gitu.’ 

Tapi tetap ada geregetnya, karena di sana oke banget nih. Ini bisa nih kita. Misalkan, aku di marketing kan ada scope KOL juga. Ngeliatin KOL kerja kayak gimana. Kan, dalam tanda kutip, Rasukma ini juga kan harus menjadi KOL nih. Iya kan? Tapi kok pas kami nyoba apa yang mereka lakuin, kok kayak gak se-work itu gitu. Ya banyak, lah, hal yang kayak gitu. Jadinya sebagai poin referensi aja,” Eson menjelaskan.

5. Apa ekspektasi vs realita yang kalian alami saat masuk label?

“Kan banyak kayak orang yang punya stigma negatif terhadap label. Kayak, oh label tuh mengekang apa segala macem. Tapi, untungnya kita di Juni (Records) sangat...apa ya… Bukan dibebaskan juga, tapi mereka percaya sama apa yang kita mau bawa gitu lho. Kayak mereka percaya sama kita dan kita juga jadinya percaya gitu sama arahan dari Juni. Itu sih ya kayaknya. Kalau ekspektasi dan realita, which bagus ya. Alhamdulillah kita dapetnya yang oke banget gitu,” jawab Adel.

“Semua orang mungkin berpikirnya kalau misalkan udah masuk label nih, apalagi labelnya cukup besar, itu pasti akan mudah banget nih. Dan mungkin kami juga ngebayanginnya, ‘Oh... inilah jalannya untuk bisa menjadi suatu yang... jeder! Lewat labellah jalurnya. 

Tapi nyatanya memang mungkin, karena seni itu sangat subjektif dan sangat abstrak, tidak se-A plus B sama dengan C itu juga gitu. Jadi makanya kudos dan salut untuk semua musisi, semua label yang nge-push musisinya untuk bisa menjadi sesuatu yang lebih dari apa yang mereka punya sebelumnya, karena tidak semudah itu gitu. 

Kayak kami pun sampai sekarang masih banyak mimpi yang belum bisa tercapai. Banyak mimpi yang masih diusahakan. Walaupun memang dengan label ini sangat membantu, tapi pekerjaan di sisi label juga tidak mudah. Kami tahu itu sulit, tapi ternyata sesulit itu gitu untuk bisa menembus tembok itu,” tambah Eson.

6. Kalau culture shock di industri musik secara keseluruhan ada gak?

Rasukma saat syuting SEMUSIK di studio IDN (IDN Times/Zahrotustianah)

“Ada banget. Karena, kita kan dituntut untuk upscale juga, berarti ya secara performance. Secara kita juga. Stage act, apa segala macam, teknis, dan lain-lain. Zaman dulu kan bisanya manggung tuh gak pake latihan. Udah aja, ‘Eh, guys ada manggung, oke. Ntar gak usah latihan lagi.’ Ada tuh.

Tapi karena kita ingin upscale, berkembang sesuai sama apa yang kita pijak gitu ya. Jadi emang harus di-upscale semua sih. Itu sih yang kayaknya bikin the stakes are high gitu rasanya,” Adel menerangkan.

“Mungkin lebih banyak pertanggungjawaban musik kami di panggung, sih. Dan itu kan bukan hanya audio, tapi visual juga. Jadi kami lebih memikirkan, ini kami di panggung bentuknya seperti apa, secara visual seperti apa, secara backdrop lighting, wardrobe, segala macam. Itu lebih dipikirin, lah, karena sekarang mungkin melihatnya lebih holistik dibanding dulu. Kalau dulu kan kayak… ya orang musisi kan musiknya yang penting. Tapi kan nyatanya tidak,” tambah Eson.

Eson dan Adel juga membicarakan tentang musik mereka yang unik dan bagaimana vibe Bandung secara tidak langsung memengaruhi mereka. Tunggu di artikel selanjutnya, ya!

Wawancara ini dilakukan setelah Rasukma syuting program SEMUSIK di studio kreator IDN. Tonton juga videonya di YouTube IDN Times, ya!

Editorial Team