Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang lalu di pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi sekitar 3 ribu orang. Sampai tahun 1970-an, mereka tidak mengetahui keberadaan setiap orang selain kelompok mereka. Suku Korowai mendiami wilayah Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua. Suku Korowai baru ditemukan oleh misionaris Belanda pada tahun 1974.
Suku terasing ini hidup di rumah yang dibangun di atas pohon, disebut sebagai Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah. Rumah-rumah panggung ini didesain sedemikian rupa sehingga terlindung dari banjir, kebakaran, atau serangan hewan liar. Setiap rumah panggung biasanya dihununi satu klan. Tempat tinggal ini dibagi menjadi dua, yaitu daerah khusus pria dan wanita.
Suku Korowai sehari-hari hanya mengenakan pakaian dari dedaunan. Mereka dikenal sebagai pemburu ulung, dan memiliki berbagai bentuk senjata yang disesuaikan dengan buruannya. Untuk membunuh babi hutan, misalnya, mereka memiliki tombak khusus yang berbeda dari tombak untuk menebang sagu, atau bahkan untuk membunuh manusia.
Suku Korowai sejauh ini masih memiliki kebiasaan primitif yaitu memakan daging manusia. Namun ritual ini sudah jauh berkurang sejak mereka mulai mengenal dunia luar. Suku Korowai tidak mengonsumsi daging manusia secara sembarangan.
Sebab, berdasarkan kepercayaan setempat, suku Korowai hanya membunuh manusia yang dianggap melanggar aturan terhadap kepercayaan mereka. Jadi, bagi Suku Korowai, membunuh dan memakan daging manusia adalah bagian dari sistem peradilan pidana mereka.
Bagi sebagian besar orang, kanibalisme mungkin sesuatu yang tak masuk akal dan mengerikan pada zaman modern seperti sekarang. Faktanya, hal ini masih dijumpai di Korowai, meski dengan alasan-alasan khusus. Hampir semua orang dalam Suku Korowai pernah ikut memakan daging manusia. Jadi, bagi mereka, kanibalisme bukan sesuatu yang tabu.