Hei Millennial, Kenali 5 Sebab Perawakan Pendek

Perawakan tubuh (tinggi badan) ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantara faktor yang mempengaruhi tinggi badan seseorang adalah dapat dikarenakan malnutrisi (faktor lingkungan), faktor genetik dan juga endokrin (faktor internal).
Stunting merupakan akibat dari kekurangan gizi kronis dalam waktu yang lama, yaitu selama 1000 hari kehidupan pertama sehingga menyebabkan anak tidak memiliki tinggi badan ideal seusianya. Sayangnya, masyarakat Indonesia masih belum menganggap bahwa stunting adalah hal penting yang harus segera diatasi. Padahal berbagai penelitian mengatakan bahwa stunting dapat merugikan tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu tepat jika Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai koordinator kampanye nasional penanganan stunting mendorong komunikasi fokus dan integratif melalui berbagai kanal komunikasi untuk selalu menggaungkan stunting dan bahayanya kepada masyarakat. Agar bangsa kita segera melakukan tindakan preventif agar angka stunting di Indonesia semakin berkurang.
Namun tidak semua perawakan pendek disebabkan oleh stunting (akibat malnutrisi) meskipun salah satu penyebab perawakan pendek yang paling sering ditemukan adalah malnutrisi. Berikut beberapa faktor perawakan pendek selain karena malnutrisi.
1. Faktor genetik (familial short stature)
Tinggi badan orang tua maupun pola pertumbuhan orang tua merupakan kunci untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Faktor genetik ini tidak tampak saat lahir namun akan bermanifestasi setelah usia 2-3 tahun.
Aman berhasil mempertahankan disertasinya tentang Pigmi Rampasasa di hadapan para penguji di Fakultas Kedokteran UI. Disertasinya berjudul “Faktor Genetik dan Non-Genetik pada Manusia Pigmi Rampasasa, Flores”. Menurut Aman, hingga saat ini masih banyak salah pengertian mengenai perawakan pendek (stunting) yang selalu dikaitkan dengan gizi buruk. Menurut data UNICEF pada tahun 2010, lanjutnya, Indonesia menempati posisi ke-5 dari 136 negara dengan anak berperawakan pendek di bawah usia 5 tahun.
“Kita perlu juga kurva atau parameter pertumbuhan orang Indonesia. Ada Pigmi lain di Indonesia. Dan gen orang Indonesia ini ada banyak. Artinya, ada multifaktor dalam pertumbuhan manusia. Bahkan, vitamin D lebih tinggi daripada rata-rata orang di Jakarta,” ungkap Aman dalam artikel yang dimuat di situs ui.ac.id.
Pada penelitian ini disimpulkan bahwa Pigmi Rampasasa memiliki perawakan pendek dengan proporsi tubuh yang normal. Perawakan pendek mereka juga tidak berhubungan dengan faktor nutrisi (vitamin D, kalsium, dan hemoglobin). Namun, didapatkan defek genetik yang tidak ditemukan pada manusia normal. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh faktor genetik walaupun kandidat gen belum dapat diidentifikasi. Penelitian genetik ini sangat sulit dilakukan dan membutuhkan waktu, kesabaran, serta biaya yang besar.