Setiap akhir semester, sekolahku mengadakan kemah di sekolah. Kelasku mendapat jatah paling terakhir. Beragam cerita tentang keseraman sesi jurit malam sudah aku dengar dari teman di kelas lain. Malam kemah pun tiba, dan memasuki jam 11 malam, sesi jurit malam pun dilaksanakan. Aku bersama tiga temanku menjadi kelompok keempat, perasaanku sudah tidak enak setelah panitia OSIS mengatakan “hati-hati ya, jangan lari, nanti makin mengundang ‘mereka’.”
Kami pun masuk dan menjelajahi sekolah kami sendiri. Saat memasuki lantai paling atas, panitia pun semakin niat mengerjai kami. Temanku sudah panik bergetar dan hampir menangis. Sementara aku berusaha tenang, meski aku rasanya akan kencing di celana. Kemudian mendekati tangga untuk turun, di mana itu ada titik akhir kami, Kami melihat sosok pocong berdiri dekat situ. Namun, jujur saja, perasaanku tidak enak.
Benar saja, kami akhirnya histeris dan lari tunggang langgang saat pocong itu terbang dari tempatnya berdiri ke atap sekolah. Itu bukan lagi bohongan, dalam hatiku, itu adalah kenyataan yang tidak akan terlupakan dan membuat tidurku tak akan nyenyak lagi.