ilustrasi CD album (Pexels.com/cottonbro studio)
Menurut riset yang dipublikasikan Hesmondhalgh, dkk berjudul ‘Music Creators' Earnings in the Digital Era’ dalam SSRN Electronic Journal pada 2021, rilisan fisik memang bukan lagi sumber penghasilan terbesar musisi. Posisinya kini digeser penghasilan dari online streaming dan digital download. Namun, masih merujuk penelitian yang sama, mayoritas penghasilan dari streaming daring justru mengalir ke dompet perusahaan rekaman.
Musisi hanya dapat sekitar 25 persen dari penghasilan itu, belum dipotong untuk produser, komposer, dan penulis lagu. Namun, skema itu bisa berubah tergantung kontrak dan situasi. Musisi bisa dapat persentase penghasilan lebih besar bila tergabung dalam label rekaman DIY atau independen, tetapi kekurangannya biasanya terletak pada biaya rekaman dan publisitas yang minim. Label besar berani mematok potongan besar karena bersedia menanggung sejumlah pengeluaran untuk musisi.
Meski sudah tergeser, rilisan fisik memberi mereka profit lebih tinggi dibanding rilisan digital dari segi margin. Sebagai ilustrasi, kita asumsikan satu album berisi 12 lagu, dibanderol dengan harga -Rp100—300 ribu per CD dengan biaya produksi 1 keping sebesar Rp16-40 ribu. Sekarang coba kalikan dengan rate harga per 1 kali streaming lagu yang hanya sebesar Rp50—160, berarti penghasilan musisi dari 1 album di platform streaming hanya sekitar Rp1.920.